RADARSEMARANG.COM, Wonosobo – Menyekolahkan anak di pondok pesantren menjadi salah satu tren yang banyak diminati masyarakat. Tren sekolah sambil mondok terus meluas seiring pemberlakuan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) imbas dari pandemi corona.
Sekretaris Disdikpora Wonosobo Slamet Faizi mengatakan, hal itu juga dilihat dari banyaknya lembaga atau pondok pesantren yang mengajukan izin mendirikan sekolah formal. Pondok pesantren menangkap hal itu dan melengkapi kebutuhan masyarakat yang menginginkan anaknya untuk mendapatkan ilmu formal maupun agama.
“Ketika adanya pandemi itu menjadi pilihan bagi masyarakat karena kalau di rumah kan harus PJJ dengan segala peraturan dan mekanismenya. Orang tua kan tidak bisa menjaga, mengontrol anaknya itu. Apakah dia bermain game atau lainnya kan tidak tahu,” katanya.
Menurut Faizi, ada beberapa pondok pesantren yang telah mengajukan izin mendirikan sekolah formal. Seperti SMP Darussalam di Kecamatan Kaliwiro, SMP Al-Fathaniyah di kecamatan Kertek, SMP Almunawaroh Yayasan Gusdong di Kecamatan Kejajar. Beberapa di antaranya bahkan ada yang sudah mendapatkan izin.
“Kemudian yang belum secara formal menyampaikan kepada kami ada sekitar enam pondok pesantren yang mengajukan dalam kurun waktu satu tahun ini,” katanya ditemui diruangannya kemarin.
Menurut Faizi, pondok pesantren sebagai wadah pembangunan karakter mengerti akan apa yang harus diperbuat. Pembelajaran di masa pandemi atau PJJ terbukti memberikan efek kepada anak didik mulai dari hilangnya role model pengalaman belajar siswa dari yang semula langsung bertatapan dengan guru berubah menjadi bertatapan secara virtual. Selain itu, juga berpengaruh kepada hilangnya fungsi pengawasan pendidik kepada anak didik.
“Ketika banyak masyarakat yang ingin anaknya itu dididik tanpa keterlibatan gadget maka jawabannya adalah pondok pesantren. Jadi pendidikan agamanya dapat juga pendidikan formalnya,” katanya. (git/ton)