RADARSEMARANG.COM, Wonosobo – Penyelesaian program stunting dan kekurangan gizi di Kabupaten Wonosobo masih rendah. Persentase penderita stunting masih 32,5 persen. Jauh dari standar yang ditetapkan WHO. Apalagi saat pandemi saat ini, peran posyandu justru sangat menurun.
Tercatat, selama pandemi Covid-19 di Kabupaten Wonosobo, hanya 18,7 persen kegiatan posyandu yang berjalan normal. Sementara 43,5 persen posyandu berhenti memberikan pelayanan. Juga 37,23 persen lainnya mengalami penurunan kegiatan.
Pemkab Wonosobo mengaku telah melakukan upaya untuk menekan angka kekurangan gizi kronis yang berakibat pada perlambatan pertumbuhan anak atau stunting. Namun fakta di lapangan justru berbanding terbalik.
“Maka upaya penanganan dan pencegahan menjadi semakin mendesak untuk direalisasikan,” terang Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat saat menyampaikan paparan di depan para peserta rembuk stunting bersama PT Danone Aqua di Pendopo Kabupaten Kamis (6/5/2021).
Pihaknya meminta pihak swasta untuk ikut berperan aktif dalam menyukseskan program penanganan dan pencegahan stunting. “Setidaknya dibutuhkan 6 langkah dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting ini. Meliputi integrasi program menjaga gizi seimbang, mengamankan rantai pasokan pangan sehat dan bergizi bagi kelompok rentan, dan penyediaan layanan rutin gizi ibu, bayi dan balita,” tutur Afif.
Sementara itu, Sekretaris Daerah One Andang Wardoyo menilai urgensi pencegahan dan penanganan stunting menuntut komitmen seluruh pihak. Dengan mengalokasikan penganggaran untuk percepatan pencegahan dan penanganan stunting bersumber dari APBN, APBD provinsi, kabupaten, dana desa, dana CSR, dan sumber dana lain yang sah. (git/lis)