RADARSEMARANG.COM, Wonosobo – Acara tahunan Dieng Culture Festival (DCF) tahun ini digelar berbeda. Karena pandemi, acara hanya diadakan secara sederhana selama 2 hari (16-17/9/2020). Namun hal tersebut tak mengurangi kekhusyukan acara.
Pada hari kedua Kamis kemarin diadakan ruwat rambut gimbal. “Tahun ini ada tiga anak yang diruwat,” terang Sumanto sesepuh di Dieng. Acara ruwat gimbal di tahun ini tak dilakukan di sekitar kompleks Candi Arjuna. Mengingat komplek candi sampai hari ini masih ditutup untuk umum. Gelaran cukur rambut diadakan di gedung Budaya Dieng. “Iya karena ada pandemi Covid-19, maka acaranya tertutup. Diganti ke gedung Budaya secara diam-diam,” terang Sumanto. Kegiatan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Dengan menggunakan pakaian adat Jawa lengkap, peserta yang berjumlah 50 orang mengikuti rangkaian prosesi ruwat dengan khidmat. Warga lainnya menyaksikan secara virtual.
Dimulai dengan jamasan atau mandi suci, pencukuran rambut gembel, ngalap berkah dan pelarungan rambut di Sungai Serayu. “Karena ini tradisi, jadi meski satu tahun tidak boleh dinggal. Harus ada ruwatan,”imbuhnya.
Dalam acara tersebut, tiga anak dilakukan diruwat atau dicukur rambut gembelnya. Sebelum dicukur, anak-anak tersebut mengajukan permintaan yang harus dipenuhi. Atika Nur Laila asal Dusun Nguwok, Desa Bowongso, Kalikajar, Wonosobo menginginkan buntil dan bakso. Sementara Reli Juliyanti asal Desa Limbangan, Madukara, Banjarnegara minta dibelikan HP. Demikian pula dengan Dea Maulana Safira dari Dusun Diwek, Desa Sitiharjo, Kecamatan Garung, Wonosobo meminta dibelikan HP dan kalung.
“Setiap permintaan anak ini harus dituruti. Sebab kalau tidak dituruti, kepercayaan kita rambut anak ini tetap akan gembel meski sudah dewasa,” kata pria 86 tahun itu. (git/lis/bas)