RADARSEMARANG.COM, Ungaran – Warga Desa Bergas terus mengembangkan berbagai motif batik sebagai upaya melestarikan budaya bangsa. Salah satunya dengan menciptakan motif ciprat. Batik dengan metode unik dalam pembuatannya dan lebih simpel.
Motif ciprat merupakan bagian dari Batik Bagas Kawijayan yang mulai digagas tahun 2019. Atas inisiasi desa dengan memberdayakan masyarakat. Salah satu warga, Sutini mengatakan, batik Papringan dibuat dengan metode ciprat dan kuas. Kuasnya sendiri terbuat dari bambu yang didesain khusus. “Kalau batik ciprat tidak memerlukan desain awal. Langsung saja membuat pola dari cipratan dan olesan kuas,” ujarnya.
Selain motif ciprat, ada batik tulis, batik cap, batik printing, dan juga batik ecoprint. Namun yang paling laku di pasaran yakni batik ciprat. “Karena batik ciprat pola desainnya simpel dan juga harganya lebih murah, ” katanya.
Untuk ukuran 210×115 centimeter dihargai Rp 125 ribu. Namun harga dipatok tergantung dari jenis batiknya. “Paling mahal itu batik tulis dengan harga Rp 350 ribu, ” jelasnya.
Sutini mengatakan ada 32 warga yang bergabung untuk mengembangkan usaha batik di Desa Bergas. Mereka hanya melakukan produksi setiap Sabtu dan Minggu. Karena hari biasa warga masih bekerja dan tidak ada waktu luang. Untuk pemasarannya masih dalam lingkup pesanan seperti seragam sekolah serta perorangan. “Saat ini kami masih fokus dalam pengembangan dan promosi produk,” akunya.
Kendala yang sering ditemui saat produksi antara lain faktor cuaca. Karena salah satu tahapan produksi batik yakni pengeringan yang memerlukan sinar matahari. “Kalau cuaca cerah prosesnya sebentar. Tetapi kalau mendung sudah dipastikan jauh lebih lama,” tambahnya. (nun/fth)
