Namun jika dibandingkan dengan kajian sisi ekonomi dan sosialnya tidak sesuai, termasuk pertimbangan urgensinya. Maka direkomendasikan agar jalur jalan tersebut dialihkan untuk menghindari area dampak pergerakan tanah ini.
Sebagai antisipasi jangka pendek, lanjut Yarmuji, Pemkab Semarang telah membangun jalur alternatif untuk menghindari akses jalan yang terputus total ini. Yakni, jalur Jalan Arjuna-Jalan Bima -Jalan Nakula dan ke Jalan Bima kembali.
“Alhamdulillah, saat ini akses tersebut sudah bisa dilalui masyarakat dengan peningkatan kualitas yang sudah dilakukan. Jalan Bima sudah dilebarkan dan ditingkatkan dari lebar semula 4,5 meter,” ujarnya.
Seperti diketahui, Jalan Arjuna selama ini menjadi jalur utama akses penghubung Kecamatan Ungaran Timur (Kabupaten Semarang) dengan Kecamatan Mranggen (Kabupaten Demak).
Pada 19 Februari 2022, terjadi pergerakan tanah yang menyebabkan sebagian badan Jalan Arjuna ini longsor dan beberapa bagian terlihat badan jalan yang amblas akibat dampak pergerakan tanah tersebut.
Pada Minggu (15/1) lalu, kembali terjadi pergerakan tanah dan mengakibatkan area longsor meluas hingga jalan ini terputus total, seiring dengan pengaruh intensitas hujan yang cukup lebat.
“Kami juga mengimbau kepada seluruh warga untuk selalu hati-hati, karena longsor kemungkinan masih akan terjadi, ” ujarnya.
Yarmuji menambahkan, kejadian longsor yang terjadi di Jalan Arjuna tersebut sementara ini belum terdapat dampak secara langsung ke warga.
Namun sempat ada warga yang mengungsi karena takut terjadi longsor susulan hingga ke permukiman warga.
Sebab, dari kajian Undip, radius pergerakan tanah ini mencapai 100 meter. Sehingga ratusan rumah warga di sekitarnya terancam ikut longsor. (nun/aro)