31 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Jamas Pusaka dari 19 Mata Air

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Ungaran – Prosesi penjamasan pusaka di Kabupaten Semarang, dilakukan menggunakan kumpulan air perwitasari dari 19 mata air. Pengambilan air dilakukan masing-masing kecamatan. Tradisi tersebut merupakan rangkaian kegiatan HUT ke-501 Kabupaten Semarang.

Pengambilan air di antaranya dari Taman Soka, Tegalwaton dan sendang Cangkring di Desa Wonorejo, Pringapus.

Kepala Desa Tegalwaton, Tri Wuryanto merasa bersyukur, ia dan masyarakat diamanahi untuk prosesi pengambilan air jamasan pusaka. Prosesi pengambilan air ini dilakukan di Taman Soka yang merupakan sumber mata air murni.

“Di Taman Soka ini Alhamdulillah airnya bisa mencukupi masyarakat Dusun Kadilobo, termasuk untuk pertanian dan untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.

Tri berharap, prosesi pengamilan air di Desa Tegalwaton ini, bisa memperkenalkan Taman Soka di wilayah Kabupaten Semarang. Sehingga banyak wisatawan berkunjung dan berkontribusi untuk Dusun Kadilobo.

“Selain pengambilan air, juga ada tanam pohon dan penebaran bibit ikan. Kegiatan itu sekaligus kita jadikan ajang promosi, karena kan banyak elemen yang hadir menyaksika kegiatan ini,” imbuhnya.

Camat Tengaran, Dewanto Laksono mengatakan, kegiatan ini selain untuk jamasan pusaka juga untuk melestarikan dan menjaga sumber mata air di wilayah Tengaran. “Tujuan dari pemerintah sendiri untuk menjaga dan melestarikan sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Semarang,” ujarnya.

Sementara prosesi pengambilan air untuk jamasan pusaka di Desa Wonorejo, Kecamatan Pringapus berjalan dengan khidmat. Dalam prosesi tersebut masyarakat mengedepankan adat istiadat serta nguri-nguri kebudayaan, dengan mengusung tema  “Mangidung Ring Sendang”.

Prosesi diawali dengan menyanyikan kidung, diiringi oleh gamelan. Kemudin dilanjutkan menuju ke Sendang Cangkring. Sebelum pengambilan air, para tamu undangan melakukan prosesi pelepasan burung dan bibit ikan, serta penanaman bibit di area sendang.

Panitia pelaksana acara, Toto Raharjo, mengatakan, dengan adanya prosesi ini membuat tradisi di Wonorejo tetap lestari hingga di masa depan dan tidak akan terlupakan. Selain itu kedepannya Desa Wonorejo bisa Gemah Ripah Loh Jinawi.

Camat Pringapus, Febru Suryanto mengatakan, kegiatan ini sesuai dengan misi dari Bupati Kabupaten Semarang Ngesti Nugraha, yaitu pelestarian lingkungan hidup serta nguri-nguri kebudayaan. “Karena sekarang ini isu dari lingkungan sangat mengerikan,” ungkapnya. (cr5/zal)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya