RADARSEMARANGID, Ungaran — Salah satu objek wisata di Kabupaten Semarang yang wajib Anda kunjungi saat berwisata di tetangga Kota Semarang ini adalah Candi Gedongsongo.
Berada di atas ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, Candi Gedongsongo, merupakan objek wisata yang cukup komplet. Para pelancong tidak hanya bisa menikmati cantiknya 9 candi yang berada di lereng Gunung Ungaran yang berhawa sejuk.
Namun, sekaligus belajar sejarah peninggalan di Kabupaten Semarang, yang bernilai edukasi tinggi. Selain suguhan keindahan alam dan kemegahan bangunan candi, kompleks Candi Gedongsongo juga instagenik. Di sini, para pelancong bisa melakukan banyak aktivitas yang menarik, dengan berswafoto.
Sebelum jalan-jalan menjelajahi lokasi Gedongsongo, kita mesti tahu dulu sejarah candi yang di perkirakan dibangun pada masa wangsa Syailendra. Yakni, abad 9, ditemukan oleh Raflles pada 1804. Nama Gedongsongo sendiri berasal dari bahasa Jawa. Yaitu: Gedong dan Sogo.
Gedong artinya gedung atau rumah. Sedangkan songo berarti sembilan. Artinya, ada sembilan candi di lokasi wisata. Candi Gedongsongo berada di Desa Candi, Kecamatan Bandungan. Menuju ke lokasi ini cukup mudah dijangkau. Dari Kota Semarang, hanya butuh waktu sekitar 45 menit sampai 1 jam.
Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini, memiliki pesona alam yang luar biasa indah, dengan background hutan pinus yang mengelilingi kawasan candi. Untuk bisa melihat dari dekat ke sembilan candi, para pelancong harus berjalan kaki mendaki hingga candi terakhir. Butuh fisik yang prima, agar bisa sampai di candi ke sembilan. Meski begitu, pelancong tidak perlu khawatir. Jika Anda tidak kuat jalan menanjak, maka kuda-kuda sewaan siap mengantar para pelancong mendaki hingga candi terakhir.
“Nggak nyangka ya, ternyata sangat indah sekali kompleks Gedongsongo ini. Selama ini saya hanya bisa lihat dari foto atau medsos. Ternyata aslinya jauh lebih indah,” tutur Indah Rayani, wisatawan asal Bandung yang baru kali pertama datang ke Gedongsongo.
Rachma, 23, pelancong asal Surabaya, Jawa Timur, menuturkan, Candi Gedongsongo memiliki pesona yang luar biasa dibandingkan candi yang lain. “Pesonanya itu ya ada di lokasinya, yang hawanya sangat sejuk dan pemandangan yang sangat indah,” kata Rachma yang saat ditemui tengah melancong bersama keluarga besarnya.
Kakak Rachma, Ratna, 35, mengaku baru kali pertama ke Gesongsongo. Ia tertarik melihat langsung candi di Kabupaten Semarang itu, setelah direferensi oleh temannya yang pernah berwisata ke Kabupaten Semarang. “Ya, kata teman saya, kalau mau wisata alam yang bagus-bagus, datang saja ke Kabupaten Semarang. Selain Gedongsongo, masih banyak pesona wisata lainnya. Ternyata benar. Selain Gedongsongo, kami rencananya juga berwisata ke Taman Celosia, Bandungan, dan lainnya,” ucap Ratna.
Berendam Air Panas
Bagaimana jika kaki Anda lelah setelah menelusuri deretan candi? Jangan khawatir. Pelancong bisa berendam di pemandian air panas yang mengandung belerang. Lokasinya, berada di antara Candi Gedong Tiga dengan Gedong Empat. Di sini, pelancong bisa mandi dan menghangatkan tubuh. Atau, hanya sekadar merendam kaki melepas penat, sembari menikmati kabut tipis-tipis yang biasa turun di kompleks Candi Gedongsongo.
“Seger banget, capek kaki ini langsung terobati dengan berendam air panas belerang di Candi Gedong Tiga, sambil lihat view gunung Ungaran,” cetus Zaenuri, wisatawan asal Lampung, yang datang bersama istri dan anaknya.
Nyaris hampir semua lokasi wisata Gedongsongo, sangat instagramable. Bahkan spot candi kerap digunakan untuk prewedding. Selepas mendaki sembilan candi yang lokasinya berjauhan satu sama lain, para pelancong bisa menikmati kuliner khas Bandungan. Seperti sate kelinci, tahu Bandungan, susu kedelai, jadah cotot dan lainnya. Aneka kuliner khas ini bertebaran di dekat gerbang objek wisata Gedongsongo.
“Puas datang ke sini, pemandangannya oke banget, kita bisa lihat candi sembari menghirup udara segar plus olah raga, karena kita harus mendaki untuk sampai di candi terakhir, pokoknya puasss banget piknik ke Gedongsongo” cetus Iwan, pelancong asal Makasar.
Festival Gedongsongo
Sejumlah pelancong yang ditemui jurnalis RADARSEMARANG.COM mengaku mendatangi Candi Gedongsongo setelah melihat tayangan adanya Festival Gedongsongo pada Selasa-Rabu (23-24/11/2021) lalu. Putra, 21, mahasiswa semester 5 sebuah universitas negeri di Kota Semarang mengaku tergoda datang ke Gedongsongo setelah muncul pemberitaan adanya Festival Gedongsongo.
“Sayang memang hanya dua hari. Seharusnya, bisa diperpanjang. Tapi bisa dimaklumi sih, kan ini masih suasana pandemi. Tapi, next, kalau pandemi sudah berakhir, saya rasa dinas terkait bisa memperpanjang Festival Gedongsongo, dengan suguhan acara yang kekinian. Misal, bisa digelar jazz,” saran Putra.
Putra yang mengaku asli Tegal itu berwisata ke Gedongsong bersama pacarnya, Nadifa. Sepanjang wisata, keduanya tampak berswafoto dengan berbagai pose. “Ya, ini sekadar untuk memenuhi kebutuhan dunia maya,” cetus Putra sembari melirik Nadifa. Menurut Putra, Gedongsongo sangat alami dan sejuk. Ia mengaku sangat enjoy berwisata di Candi Gedongsongo. “Wisata candi di sini, tidak hanya dapat pesona alamnya. Tapi juga pengetahuannya,” kata Putra.
Sementara itu, sejumlah warga maupun pelancong menyambut baik Festival Gedongsongo yang pada Selasa (23/11/2021), resmi dibuka oleh Bupati Semarang, H. Ngesti Nugraha SH, MH. Tahun ini, kegiatan yang digelar oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang tersebut, diselenggarakan secara langsung. Tidak lagi melalui virtual seperti tahun sebelumnya.
Pristyono, 45, warga Bandungan, Kabupaten Semarang, mengaku senang akhirnya Festival Candi Gedongsongo tidak lagi digelar secara virtual. Tadi saya lihat prosesi resik-resik candi, juga pergelaran seni tari,” kata Pristyono yang sengaja datang ke lokasi acara bersama anak istrinya.
Hal senada disampaikan Ira, 23, pelancong asal Semarang dan temannya, Ratih, 20, pelancong asal Kendal. Keduanya mendapat informasi akan diselenggarakannya event tersebut melalui kanal medsos. “Ya sengaja ke sini (Gedongsongo) karena adanya festival. Biasanya kan kalau ada festival, berarti ada acara lain, selain hanya melihat-lihat candi,” kata Ira yang bekerja sebagai sales marketing di sebuah perusahaan swasta.
Ratih, warga Brangsong, Kendal, mengaku sengaja mendatangi festival karena ingin membeli kerajinan khas Kabupaten Semarang. “Sekalian lihat-lihat candi, juga membeli kerajinan. Kan di sini, juga ada bazaar UMKM,” tuturnya.
Festival Gedongsongo diawali dengan ritual resik-resik candi di lingkup candi pertama oleh sejumlah tetua adat. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang Dewi Pramuningsih menyampaikan, ritual resik-resik tersebut sebagai penanda membersihkan hati, untuk menjaga kelestarian alam.
Festival dimeriahkan dengan sejumlah pertunjukan kesenian. Juga pameran produk UMKM hingga kuliner. Selama penyelenggaraan festival, panitia memberlakukan prokes secara ketat. Untuk itu, agar tidak menimbulkan kerumunan, masyarakat bisa menyaksikan festival melalui kanal Youtube pesona_kabsemarang. Dewi menuturkan, melalui Festival Gedongsongo, pihaknya ingin mengenalkan Candi Gedongsongo sebagai salah satu bagian dari kawasan strategis pariwisata nasional Borobudur.
Sedangkan Bupati Semarang H. Ngesti Nugraha berharap, dengan kondisi Kabupaten Semarang sudah berada ke level 1 PPKM, dapat membawa dampak positif bagi pengembangan sektor pariwisata. “Kita berharap pelaksanaan Festival Gedongsongo ini dapat menjadi media promosi pariwisata agar kembali pulih.” (sls/isk)