31.8 C
Semarang
Sunday, 22 June 2025

Lawan Stunting dengan ‘Seruling’

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, UNGARAN – Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang membagikan ribuan pil tambah darah kepada para siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri guna mencegah terjadinya kasus stunting. Pasalnya, data yang ada di Dinkes mencatat terdapat 4.431 orang atau 6,15 persen kasus stunting di Kabupaten Semarang. Meski dinilai masih kecil, namun berbagai langkah pencegahan tetap dilakukan.

Hal itu dipaparkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Semarang dr Hesty Wulandari yang menjelaskan bahwa kasus goyah pertumbuhan karena kekurangan gizi kronis itu terjadi sejak masa kehamilan hingga anak usia dua tahun.

“Jadi kita mencegah kekurangan gizi pada remaja putri yang kelak akan menjadi ibu. Sehingga kasus stunting dapat dicegah sejak dini dengan menyiapkan calon ibu yang sehat,” terangnya di sela-sela acara pencanangan gerakan masyarakat untuk seruan lawan stunting (seruling) oleh Bupati Semarang di Desa Siwal, Kaliwungu, Rabu (11/9) siang.

Selain menyiapkan generasi muda putri yang sehat, lanjut Hesty, pihaknya juga menggalakkan gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sebab sanitasi dan kesehatan lingkungan yang baik turut mempengaruhi kondisi ibu hamil dan calon bayi yang dikandungnya. “Ada lima pilar STBM yang akan kita tegakkan. Harapannya sampai akhir tahun 2020 Kabupaten Semarang akan mencapai kondisi STBM penuh,” jelasnya lagi.

Selain pencanangan lawan stunting, Bupati Semarang H Mundjirin juga mencanangkan tiga gerakan kesehatan lainnya. Yakni peran aktif juru pemantai jentik di tiap rumah, gerakan pemuda dukung STBM dan bulan eliminasi Penyakit Kaki Gahak (Belaga). “Kita berharap pencanangan gerakan ini dapat memadukan semua program kegiatan kesehatan untuk menjamin mutu kesehatan masyarakat yang lebih baik,” tegas Bupati.

Kepala Dinas Kesehatan dr Ani Raharjo MPPM saat laporan juga segendang sepenarian. Menurutnya, keempat program gerakan kesehatan itu saling terkait. Karenanya, diharapkan dukungan masyarakat dan semua pihak untuk mensukseskannya. Diterangkan, Kabupaten Semarang adalah endemis penyakit filariasis atau kaki gajah. Pemberian obat pencegahan harus berkesimbungan selama lima tahun. Jika setelah itu masih ditemukan kasus filariasis atau kaki gajah maka tahapan pemberian obat pencegahan harus diulang dari awal. “Dukungan dari masyarakat sangat diperlukan agar pemberian obat pencegahan itu dapat berhasil,” tutur Ani. (sas/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya