RADARSEMARANG.COM, Temanggung – Belajar di pondok pesantren (ponpes) tidak melulu membaca kitab atau mengaji. Santri di Pondok Pesantren API Darun Na’im Lungge, Kabupaten Temanggung juga dibekali usaha peternakan ayam petelur.
Para santri yang tergabung dalam Badan Pengelola Usaha Pesantren (BPUP) bersama tenaga ahli selalu bersemangat mengurus dan merawat sedikitnya 3.000 ekor ayam petelur setiap hari
Kandang yang berlokasi di hamparan sawah Desa Lungge, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung tersebut menjadi media belajar berwirausaha para santri. Desain kandang di peternakan pondok ini terlihat multifungsi.
Sebab, di bawah kandang juga terdapat kolam lele yang langsung menampung kotoran ayam. Hal ini juga menjadi keuntungan, karena lele-lele di kolam tersebut langsung mendapat makan.
Kandang ayam ini juga sudah menyekat ayam satu per satu. Sehingga ayam ini tidak ke mana-mana dan hanya makan dan bertelur saja. Di depan ayam juga telah terpasang sebuah pipa kecil berdiamer 1 sentimeter untuk aliran minum ayam-ayam.
Selain menumbuhkan jiwa kewirausahaan para santri, usaha yang sudah digeluti selama puluhan tahun tersebut juga melatih kemandirian ekonomi di pesantren.
Seorang santri pengelola peternakan ayam Tobib Mashar menjelaskan, pesantren adalah basis kekuatan kultural yang menyatu dengan masyarakat. Sebagai upaya mencetak generasi penerus bangsa yang mandiri, mereka dilatih berwirausaha, yang mana tidak kalah dengan lulusan pendidikan formal. Pondok Pesantren API Darun Na’im Lungge Temanggung ini memiliki daya dorong untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, termasuk dalam kemandirian ekonomi.
“Dengan usaha peternakan ayam petelur ini, para santri juga diajarkan ilmu dunia, yakni berwirausaha. Sehingga nanti ketika kita pulang, kita bisa juga membuat usaha yang sama, seperti peternakan ayam di pondok ini,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Dia mengatakan, awalnya para santri dibekali pelatihan. Kemudian, dengan ketekunan dan kegigihan, usaha yang sudah digeluti selama puluhan tahun ini mampu menghasilkan rata-rata satu kuintal telur per hari. Usaha ayam petelur tersebut beromzet hingga puluhan juta per bulan. Karena, selain memenuhi kebutuhan pangan di dapur pondok, telur-telur tersebut juga dijual di beberapa warung sekitar pondok dan pasar tradisional di Temanggung dan Magelang.
“Melalui unit usaha ini, kebutuhan daging dan telur pondok kami sudah bisa terpenuhi. Keuntungan lainnya adalah usaha ini menjadi wahana bagi para santri untuk belajar berwirausaha, selain diajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan agama,” katanya.
Tobib menambahkan, keberhasilan dalam beternak ayam petelur dipengaruhi banyak aspek. Antara lain, pakan dan bibit ayam. Selain itu, salah satu yang tidak kalah penting adalah pencahayaan dari lampu untuk penerangan dan penghangat suhu kadang. Mereka menggunakan sistem timer, sehinga bisa disetting otomatis saat matahari telah tenggelam. Hal ini juga bisa membantu menambah usia produksi ayam. Tanpa bantuan lampu, ayam-ayam biasanya mampu bertelur hingga 24 bulan. Sedangkan dengan adanya lampu-lampu ini bisa sampai 36 bulan.
Menurutnya, lampu sangat membantu saat proses kematangan organ reproduksi ayam untuk menghasilkan telur. “Bahkan, cahaya lampu juga merangsang hipotalamus mengeluarkan sinyal yang ditujukan untuk hipofisis supaya menghasilkan hormon,” jelasnya. (din/aro)