RADARSEMARANG.COM, Temanggung – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Temanggung menggelar Festival Wiwit Mbako dan Panen Kopi. Ribuan warga Temanggung memadati Alun-alun Temanggung menyaksikan berbagai macam penampilan kesenian khas Temanggung Jumat (19/8).
Ribuan warga Temanggung memenuhi area Alun-alun. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Mulai pukul 15.00 WIB, warga sudah memadati alun-alun menunggu pertunjukan dimulai. Begitu penampilan dimulai, warga langsung mendekat ke depan panggung atau tengah alun-alun.
Bupati Temanggung HM Al Khadziq menuturkan, masyarakat Temanggung itu punya tradisi yang unik, yaitu budaya pertembakauan. Di Temanggung, tembakau bukan sekadar kegiatan bertani, berekonomi, tapi juga menjadi bagian dari budaya. Banyak sekali tradisi dan ritual terkait dengan tembakau.
Sehingga, kalau tahun sebelumnya hanya ada selametan Wiwit Mbako, maka sekarang semua budaya pertembakauan ditampilkan kepada publik. Harapannya masyarakat temanggung semakin kuat tradisinya dan memperkuat budaya pertembakauan tinggalan nenek moyang.
Pelaku UMKM juga terlibat meramaikan acara ini. “Kita utamakan UMKM Temanggung, juga kopi. Karena selain Wiwit Mbako juga Panen Kopi. Maka semua yang terkait dengan keduanya, kita tampilkan agar bisa dinikmati seluruh masyarakat,” kata Khadziq.
Ketua Krido Mudo Budoyo Surisman dalam acara ini menggarap tari lepas yang berjudul Sigrak Temanggung. Salah satu paguyuban seni dari Dusun Mrombo, Desa Kemiriombo, Kecamatan Gemawang, Temanggung ini bercerita tentang masyarakat bekerja memajukan seni budaya khususnya kuda lumping. Cerita ini mengolaborasikan kemajuan kuda lumping dan pertanian tembakau. “Lagunya juga menceritakan tentang Temanggung Bersenyum,” jelas Surisman. (din/ton)