RADARSEMARANG.COM, Temanggung – Tempat pembuangan akhir (TPA) Sanggrahan saat ini telah menjelma destinasi wisata baru di Kabupaten Temanggung. Lokasi pembuangan sampah ini mengusung konsep eduwisata persampahan.
Sesuai namanya, TPA yang berlokasi di Desa Sanggrahan, Kecamatan Kranggan dengan luas lahan 4,3 hektare ini menjadi satu-satunya TPA di Temanggung. Tempat bermuaranya sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat di Kota Tembakau. Sejauh mata memandang hanya hamparan layaknya gurun berisi tumpukan sampah, lengkap dengan para pemulung yang ada di dalamnya.
Belakangan, TPA Sanggrahan mulai didatangi para pengunjung, mulai pelajar, mahasiswa, beragam komunitas, maupun paguyuban yang ingin melihat langsung bagaimana aktivitas di pusat pembuangan sampah hingga bagaimana metode pengelolaan sampah agar lebih bermanfaat di tempat ini.
“Seiring gencarnya program Temanggung bebas sampah, banyak kalangan warga masyarakat mulai berbondong-bondong ingin menyaksikan TPA Sanggrahan dari dekat termasuk belajar bagaimana pengelolaan sampah di tempat ini,” ujar Sekretaris Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Kabupaten Temanggung Edi Purnomo Rabu (20/4).
Lanjut Edi, terdapat beberapa hal yang dapat ditemui oleh pengunjung. Mulai melihat proses datangnya sampah dari berbagai penjuru wilayah, aktivitas para pemulung dalam memungut barang yang masih dapat dijual di antara gunungan sampah, mempelajari proses biogas, pengolahan limbah dan sampah, hingga pemanfaatannya bagi masyarakat dan lingkungan.
Namun, yang dianggap paling memiliki daya tarik adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja. Keduanya merupakan teknik mekanisme pengolahan sampah yang masuk menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sekaligus mencegah pencemaran lingkungan.
“Kalau IPAL adalah bagaimana kami mengolah air sampah yang masuk, biasanya memiliki warna hitam pekat, menjadi pupuk cair yang aman bagi lingkungan. Sedangkan IPLT adalah sebuah kolam besar tempat mengolah tinja yang masuk dari seluruh Temanggung menjadi pupuk nan bermanfaat,” urainya.
DPRKPLH mengakui bahwa sejauh ini sampah masih menjadi problematika khusus. Saban hari terdapat 100 hingga 130 ton sampah dari masyarakat se Kabupaten Temanggung yang masuk ke TPA Sanggrahan. Sehingga dibutuhkan suatu cara agar gunungan sampah tidak menjadi sebuah bom waktu yang berimbas pada pencemaran lingkungan di kemudian hari.
“Untuk mengurai masalah sampah kita butuh sebuah teknologi khusus yang terus diupayakan sampai saat ini. Dan yang pasti, perilaku masyarakatnya sendiri harus mulai membantu cara mengurai tumpukan sampah menjadi lebih bermanfaat. Karena salah satu langkah upaya kami yang paling memungkinkan sejauh ini hanyalah perluasan lahan TPA sekitar 2,5 hektare agar sampah masih bisa tertampung,” urainya.
Okky, salah seorang pengajar dari SMK Negeri Tembarak yang mengantar siswa-siswinya menggelar kunjungan ke TPA Sanggrahan mengaku, mereka sengaja datang ke lokasi tersebut guna mempelajari bagaimana proses pengolahan dan pengeloaan sampah sehingga tidak terus-menerus menjadi tumpukan. Sampah bisa mampu lebih bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
“Yang kami pelajari adalah terkait perilaku hidup berkelanjutan dengan belajar proses sampah datang sampai pengelolaan. Seperti sebuah museum edukasi alam terbuka yang luar biasa bermanfaat bagi murid kami. Dengan melihat dan mengenal secara langsung ke lokasi, kami berharap anak-anak mampu menjadi pioner pengelolaan sampah dengan baik dan benar di lingkungan masing-masing,” jelasnya. (nan/ton)