RADARSEMARANG.COM, Temanggung – Rencana Pemkab Temanggung untuk menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM) pada awal September kini menemui titik terang. PTM berpeluang besar diadakan pada 6 September 2021.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Temanggung, dari 43.633 responden yang menyasar warga sekolah dan masyarakat umum, 98 persen responden menyatakan siap dan setuju jika PTM segera dilaksanakan.
Selain itu, terkait waktu pelaksanaan PTM, 56 persen responden ingin PTM digelar pada 6 September, sementara 44 persen sisanya berharap digelar pada 30 Agustus kemarin.
Kendati demikian, penyelenggaraan PTM masih harus menunggu evaluasi PPKM terakhir. Jika level PPKM stabil atau menurun dan begitu juga dengan angka positifity rate kasus Covid-19, besar kemungkinan PTM bisa direalisasikan.
“Faktor paling penting yang ditekankan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pembelajaran tatap muka (PTM) yaitu terkait dengan kesehatan dan keselamatan. Kalau kondisinya memungkinan dan level PPKM turun, insyallah saya berkeyakinan tanggal 6 kita bisa PTM,” kata Kepala Dindikpora Kabupaten Temanggung Agus Sujarwo, Senin (30/8/2021).
Terkait dengan kesiapan dari tiap satuan pendidikan, Agus meyakinkan bahwa tiap-tiap sekolah dan civitas akademika yang terlibat di dalamnya sudah siap sepenuhnya melaksanakan PTM. Baik izin orangtua siswa, sarana prasarana dan izin yang disampaikan kepala sekolah masing-masing kepada Dinas Pendidikan.
“Orangtua sudah mengizinkan putra-putrinya untuk menyelenggarakan PTM. Untuk sarpras, hasil verifikasi kita di lapangan semuanya sudah ada dan siap digunakan. Baik itu thermo gun, tempat cuci tangan, kondisi ruang kelas dan lain sebagainya. Izin juga sudah disampaikan ke kami,” jelasnya.
Skenario PTM nantinya akan mengadopsi sistem blended learning. Kombinasi pembelajaran daring dan luring dengan cara shifting, bergantian antarsiswa. Untuk SD dan SMP dengan kapasitas 50 persen siswa per kelas. Jam pelajaran untuk SD dibatasi maksimal 2,5 jam sedangkan SMP dibatasi 2,5 sampai 3 jam.
“Waktu istirahat kita sediakan tapi siswa tidak boleh keluar kelas dan istirahat di dalam kelas. Serta ada jeda waktu untuk shifting. Jadi kita bagi satu kelas dua sif. Ada yang masuk pagi, dan kita jeda satu jam untuk pergantian siswa masuk dan pulang sekolah,” pungkasnya. (nan/lis)