30 C
Semarang
Tuesday, 17 June 2025

Situs Liyangan Kolaborasikan Wisata Budaya

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Temanggung – Penemuan situs Liyangan beberapa tahun lalu kini membawa harapan baru bagi masyarakat. Situs ini digadang-gadang menjadi salah satu destinasi wisata yang akan mengolaborasikan wisata-wisata budaya yang ada di sekitar Kecamatan Ngadirejo.

Situs Liyangan dianggap memiliki daya tarik tersendiri untuk membangkitkan wisata di wilayah Ngadirejo. Seperti halnya kawasan wisata Borobudur yang terintegrasi dengan sejumlah wisata di sekitarnya.

“Saat ini kami memang sedang fokus pada desa wisata Purbosari yang berada di bawah Liyangan,” ungkap Kabid Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Temanggung Andre Arviyanto.

Namun demikian tahun ini pihaknya berharap beberapa wisata di Ngadirejo itu dapat segera terintegrasi sehingga meningkatkan minat pengunjung. “Karena situs Liyangan di bawah naungan Kementerian Pendidikan. Maka kita harus mempersiapkan desa wisata Purbosari. Fasilitas oke, rute sudah kita tetapkan dan kementerian sudah bisa terintegrasi,” terangnya.

Diakui, wilayah Liyangan masih sering dilakukan ekskavasi untuk mengembangkan temuan-temuan baru. Sehingga untuk kawasan wisata Liyangan nantinya akan menjadi terbatas. “Beberapa bagian saja yang boleh diakses,” katanya.

Pemerintah Kabupaten Temanggung juga akan membangun museum budaya di kawasan tersebut. Menampilkan beberapa hal tentang Liyangan dan kawasan sekitar Ngadirejo. Digelar berbagai even juga.

Sementara itu, Rohimah, 38, warga setempat menyampaikan penemuan situs Liyangan tersebut berawal dari penambang pasir yang menemukan batuan kuno. “Setelah itu dilaporkan kepada pemerintah dan dilakukan ekskavasi,” ujarnya.

Penemuan situs itu membawa berkah dan harapan baru pada masyarakat. Setidaknya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. “Banyak masyarakat sekitar jadi tenaga kerja saat eksvakasi. Sebelum korona banyak pengunjung. Banyak yang jualan juga,” terangnya.

Sebagaimana diketahui situs Liyangan diperkirakan menjadi kawasan pemukiman di abad 2 Masehi. Winda Artista Harimurti, salah satu pengolah data cagar budaya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah mengungkapkan dari hasil penelitian di liyangan zaman dulu tidak hanya dihuni satu masa saja. “Masyarakat zaman dulu itu diduga tidak hanya dari satu masa, namun beberapa kali masa,”bebernya.

Hal tersebut terjadi lantaran kondisi alam yang tidak memungkinkan. Utamanya akibat gunung meletus salah satunya Sindoro. “Setiap kali bencana erupsi masyarakat zaman dulu selalu mengungsi. Saat reda dan tanah mulai subur mereka kembali lagi ke sini. Bencana lagi mereka mengungsi lagi dan kemudian kembali lagi ke sini,” tuturnya.

Itu membuktikan bahwa mitigasi bencana masyarakat zaman dulu sudah bagus dan mengerti akan bencana alam. “Dibuktikan dengan selama ini kita belum menemukan korban kerangka yang cukup banyak. Artinya sebelum bencana mereka ini kan betul-betul mengungsi kemudian setelah reda mereka kembali lagi kesini,” ujarnya. (tbh/lis)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya