Selanjutnya bongpay dengan panjang 160 cm, lebar 66, serta mempunyai ketebalan 19 cm ini dirumahkan di Gedung Rasa Dharma. Bram dan Pippo gemar menelisik sejarah Tionghoa. Hobi inilah yang mengantarkan mereka bisa menemukan ratusan bongpay selama tiga tahun di Kota Semarang.
“Saya sama temen saya Mas Pippo Agosto sering blusukan mencari sisa bongpay dan sisa bong yang tersebar di perbukitan kota Semarang. Untuk melengkapi ‘puzzle’ sejarah peranakan yang ada di Semarang, dan dari ratusan bongpay yang kita temukan, ini bongpay yang paling tua,” imbuhnya.
Pada saat awal penemuan bongpay tersebut, Bram sempat bingung untuk menempatkannya agar tidak rusak. Akhirnya ia menghubungi Ketua Perkumpulan Boen Hian Tong Semarang Harjanto Halim, untuk diselamatkan dengan dirumahkan sementara di Gedung Rasa Dharma, Jalan Gang Pinggir No. 31, Semarang.
“Setelah beberapa waktu, Mount Carmel Memorial Park menawarkan untuk menerima bongpay tersebut, pemakaman memanglah tempat yang lebih sesuai untuk batu nisan,” ujarnya. (kap/ton)