28 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Maknai Pancasila, Satu Pena Jateng Gelar Bedah Buku dan Baca Puisi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Era digital mensyaratkan adanya perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Kemudahan mencari informasi lewat internet memungkinkan adanya perubahan dalam cara pandang kita dalam beragama. Oleh karena itu sains dan teknologi perlu dimanfaatkan untuk mendorong sikap terbuka dan moderat dalam beragama, agar agama tidak hilang elevansinya.

Itulah sekelumit hal yang disampaikan oleh Gunoto Sapari, selaku Ketua Satu Pena Jateng. Hal ini disampaikan dalam acara Diskusi Buku “Era Ketika Agama menjadi warisan kultural Milik Bersama”, Sembilan Pemikiran Denny JA soal Agama di Era Google, Karya Ahmad Gaus, Penulis sekaligus Dosen UIN Syarif hidayatullah Jakarta. Sebuah diskusi bedah buku tentang moderasi dan toleransi beragama, yang berlangsung bertepatan dengan peringatan Hari lahir Pancasila, hari ini Kamis (1/6).

Hadir pula dalam acara diskusi buku Agung Ridho (Sekretaris Satu Pena) dan Ahmad Gaus Penulis Buku, disalsikan oleh puluhan peserta dari berbagai daerah yang merupakan anggota Persatuan Penulis Indonesia, Satu Pena Jateng.

Ahmad Gaus selaku penulis mengatakan, “Moderasi adalah sebuah proses, sedangkan toleransi adalah buahnya”.

Dalam paparannya Dosen UIN Syarif Hidayatullah ini menyoroti ketidak setujuan Denny JA atas proses moderasi beragama yang disponsori oleh pemerintah. Hingga dalam prosesnya Bukan sesuatu yang tumbuh alamiah dari masyarakat.

“Proses ini terkesan dipaksakan seperti yang terjadi pada masa orde baru, hingga toleransi yang terjadi di masyarakat hanya pura-pura” terangnya.

Dalam kesempatan ini hadir pula Ketua FKUB Jawa Tengah, Taslim Syahlan mencoba menanggapi tema diskusi.

“Bicara soal moderasi dan toleransi, kami FKUB Jawa Tengah memang bekerja bukan pada ranah pemikiran, tetapi langsung dalam bentuk pergerakan” ujarnya.

Taslim mencoba mencontohkan soal toleransi ini pada penyambutan kedatangan Bhiksu Thudong di Semarang.

“Kami menggerakkan kepala – kepala sekolah, aparat kelurahan dan kecamatan, para pemuka agama. Untuk menyambut para rombongan bhiksu thudong dan mengawalnya sampai menyeberangi sungai hingga sampai di Wihara Buddhadippa di Pakintelan, Gunung Pati” lanjutnya.

Acara yang berlangsung dari pukul 08.00 ini, terasa syahdu dengan berbagai penampilan dari peserta dengan sukarela membacakan pusi yang iiringi petikan gitar dari Asnawi, seniman sekaligus anggota Satu Pena Jateng. Berbagai tema puisi yang disajikan semakin membuat peserta larut dalam memaknai pancasila. Dengan penerapannya berupa moderasi dan toleransi beragama.

Forum ini diakhiri dengan sesi foto bersama. Pembicara dan Para Peserta yang merupakan anggota Satu Pena Jateng, yang datang dari berbagai kota di Jawa Tengah.


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya