28.5 C
Semarang
Monday, 13 October 2025

Warga Mijen Semarang Ini Sukses Kuliahkan Anak dan Ibadah Haji dari Jualan Jamu

Artikel Lain

Pada 2014, istrinya hamil anak keempat. Sehingga tidak bisa berjualan. Kholidi pun yang ganti berjualan jamu. “Karena tidak ada penghasilan, saya nekat jualan ke Pasar Simongan,” katanya.

Saat ini, pelanggannya sangat banyak. Karena ia selalu menjaga kualitas jamu buatannya. Pada 2017, Kholidi merekrut enam karyawan. Tiga orang pengangguran, dan tiga dari keluarganya. Mereka juga berjualan jamu keliling.

“Anak saya yang nomor tiga juga ikut jualan. Sekarang suami istri jualan jamu. Alhamdulillah menambah penghasilan mereka. Kalau di apotek itu gajinya Rp 3 juta sebulan. Kalau jual jamu dari jam 05.00 sampai jam 12.00 dapat Rp 150 ribu,” ujarnya.

Saat Ramadan, produksi jamu menurun dibandingkan hari biasa.  Dalam sehari, ia bisa memproduksi 200 liter jamu. Terdiri atas sembilan jenis jamu. Seperti kunyit asam, beras kencur, cabai puyang, sereh, gula asam, temulawak, kunyit kental, manjakani, daun pepaya, sambiroto, dan wejah.

Bahan-bahannya berasal dari petani dan belanja di pasar. Seperti temulawak dan hasil bumi lainnya langsung dari petani Boja karena lebih murah. Sedangkan asam jawa dan manjakani dari pasar.

“Yang dominan kunyit asam dan beras kencur. Produksi kunyit asam sampai 70 liter, sedangkan beras kencur hingga 50 liter,” katanya.

Jamu produksi Kholidi sudah mengantongi izin BPOM, NIB, bersertifikat halal, Dinkes, dan bimbingan dari pertanian untuk memilih bahan. Saat ini, masih mengajukan HAKI sejak September 2022 lalu.  “Banyak guru, pegawai puskesmas dan kantor kedinasan yang beli. Ada juga yang melalui online. Mereknya Jamu Gendong Kholidi,” katanya.

Harganya dipatok Rp 5 ribu per botol berisi 330 mililiter. Per dua puluh hari dirinya belanja 10 ribu botol untuk kemasan. (fgr/aro)

Reporter:
Figur Ronggo Wassalim

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya