RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Festival Seni Budaya Lintas Agama dan Pawai Ogoh-Ogoh kembali digelar di Kota Semarang, Minggu (30/4) besok. Ada empat ogoh-ogoh yang didatangkan langsung dari Bali untuk memeriahkan acara yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan Hari Jadi ke-476 Kota Semarang ini.
Menurut informasi yang dihimpun koran ini, empat ogoh-ogoh ini diangkut truk dari Bali, dan tiba di halaman balai kota, Kamis (27/4). Jumat (28/4) kemarin, para seniman ogoh-ogoh sibuk menyiapkan berbagai hiasan untuk membuat ogoh-ogoh tersebut semakin terlihat garang.
“Ada empat buah, yakni Narsingo, Wairawa, Mahakala, dan Srengi. Kita bawa ini langsung dari Bali,” kata salah satu seniman di lokasi.
Menurutnya, ogoh-ogoh ini merupakan simbol sifat buruk manusia yang diharapkan dapat ditekan atau dihilangkan. Karya seni patung Bali ini menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Satu ogoh-ogoh, kata dia, dibanderol dengan harga sekitar Rp 15 juta.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarnag R Wing Wiyarso menjelaskan, festival ini sekaligus wujud upaya memelihara kerukunan antarumat beragama di ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Pawai dan festival ini terselenggara atas kerja sama Parisada Hindu Dharma Indonesia dan Disbudapar Kota Semarang.
“Nanti ada sebanyak 1.300 orang gabungan dari berbagai komunitas seni budaya, agama, penghayat, berbagai komunitas etnis Kota Semarang akan memeriahkan festival ogoh-ogoh ini. Juga ada barongsai, liong dan lainnya. Intinya adalah menunjukkan keragaman yang ada di Semarang,” jelasnya.
Wing Wiyarso menerangkan, festival dan pawai akan dimulai tepat pukul 07.00 dengan titik start di Jalan Pemuda. Selanjutnya, pawai akan melewati rute Jalan Pandanaran dan berakhir di Lapangan Simpang Lima.
Dikatakan, penyelenggaraan even wisata ini diharapkan dapat menjadi pemantik lahirnya beragam agenda wisata baru dengan melibatkan penggiat seni di Kota Semarang. Metode pemberdayaan komunitas atau disebut tourism based community guna menarik wisatawan ini terus dikedepankan Disbudpar Kota Semarang untuk menambah keragaman objek wisata di Kota Semarang.
Pelibatan komunitas lintas sektor ini, lanjut Wing, menjadi sarana untuk semakin menjaga dan meningkatkan kerukunan antarwarga, sehingga menjadikan Kota Semarang semakin aman, nyaman, dan kondusif sebagai rumah kita bersama.
“Toleransi di Kota Semarang memang telah dikenal sebagai salah satu kekuatan dan kekayaan yang perlu terus dijaga. Hal ini terbukti dengan adanya apresiasi tiga kali berturut-turut dalam Harmony Award dan Kota Semarang menduduki peringkat tujuh Kota Toleran tahun 2022 dari Setara Institute,”katanya. (den/aro)