RADARSEMARANG.COM, Semarang – Menjelang Lebaran, masyarakat akan berbondong-bondong membeli baju baru dan peralatan ibadah. Kondisi ini juga berlangsung di Pasar Johar Semarang. Peningkatan pembeli bahkan mencapai 60 persen, lebih tinggi dari tahun kemarin.
Terpantau orang-orang berjubel. Memadati toko yang menjual pakaian, gorden, serta alat ibadah seperti mukena dan sarung. Prosesi tawar menawar juga kerap kali berlangsung sengit antara penjual dengan pembeli.
Salah satu pedagang gorden, Amini mengaku sudah kebanjiran orderan sebelum Lebaran. Menurutnya, peningkatan pembeli mencapai 60 persen dibandingkan hari biasanya.
“Alhamdulillah sudah 60 persen untuk peningkatannya. Lebih baik dari tahun kemarin yang masih sepi,” katanya saat ditemui RADARSEMARANG.COM di Pasar Johar Basement, Rabu (19/4).
Ia menambahkan omzet rata-rata perhari mencapai Rp 3 juta. Pembeli tidak hanya dari wilayah Semarang, tapi juga luar kota. Sedangkan harga gorden yang dijual mulai Rp 50 ribu sampai Rp 300 ribu. Tergantung motif dan kualitas kain.
Pihaknya juga menyampaikan apresiasinya terhadap Pemkot Semarang. Melalui program ASN berbelanja di pasar tradisional. Usahanya juga laku keras.
Sementara Pedagang Paralatan Ibadah Mumun Sriati mengaku puncak ramainya pembeli adalah H-2 Lebaran. Kebanyakan mereka membeli mukena, sarung, dan sajadah.
“H-2 Lebaran biasanya puncak keramaian. Karena mereka beli sarung buat di kasih THR ke tetangga dan saudara sekaligus dibawa pulang ke kampung,” akunya.
Pedagang pakaian di Shopping Center Johar, Endra mengatakan, peningkatan pembeli di tokonya justru terjadi sebelum bulan puasa. Sedangkan menjelang Lebaran ia hanya berjualan ecer langsung pada pembeli.
“Ramainya malah sebelum puasa, biasanya bakul-bakul itu kulakan ke saya. Kalau menjelang lebaran ramai tapi seperti hari biasa karena jualan saya ecer,” ungkapnya.
Salah satu pembeli Puji mengaku lebih senang belanja di Pasar Johar di banding mall atau swalayan. Menurutnya pakaian yang dijual lebih banyak pilihan. Selain itu harga juga bisa ditawar. “Enak belanja di pasar, bisa ditawar. Kalau di mal mahal-mahal, kualitas juga sama,” akunya. (kap/ida)
