RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kota Semarang pernah memiliki sastrawati terkenal. Namanya almarhumah Nurhayati Srihardini atau akrab dikenal NH Dini. Rumah tinggal sastrawati itu, masih terlihat apik hingga kini. Walaupun bangunan dan estetikanya masih terlihat kuno. Rumah tersebut, rencananya akan diusulkan para sastrawan Kota Semarang sebagai tempat rumah baca.
“Entah perpustakaan, tempat baca, atau rumah baca. Tapi kalau dulu kan pondok baca. Yang paling terkenal sama Mbak Dini itu Pondok Baca,” kata Sulis Bambang, usai kegiatan di rumah masa kelahiran NH Dini bersama para sastrawan kepada RADARSEMARANG.COM, Sabtu (4/2) kemarin.
Rumah kuno tersebut diperkirakan sudah berumur lebih dari 100 tahun. Berdiri di tepi gang kecil selebar 1,5 meter di perkampungan padat permukiman di Kampung Sekayu, Kota Semarang. Namun masih kokoh berdiri dan terawat. Halaman depan rumah memang yang sudah berubah. Lantainya juga sudah keramik. Di depan rumah terlihat sebuah pohon mangga.
Salah satu tujuan diusulkannya sebagai tempat baca, untuk mengenang almarhum. Sebab, anak-anak sekarang banyak yang tak mengenal NH Dini. Selain itu, sekaligus untuk meningkatkan minat baca para pelajar dan masyarakat lainnya.
“Kalau generasi muda sekarang, sudah tidak ada kegiatan untuk membaca novel. Anak-anak sekarang tidak kenal Bu Dini. Tapi dengan penulis-penulis muda baru, anak-anak sudah mengenal,” bebernya.
NH Dini mendirikan pondok baca tahun 1986. Meski demikian, Sulis Bambang mengaku tidak semudah itu menjadikan rumah peninggalan NH Dini sebagai tempat baca. Namun, pihaknya bersama para sastrawan lainnya masih berupaya mewujudkannya.
NH Dini, merupakan perempuan asli Kota Semarang. Kelahiran 29 Februari 1938. Lahir di Kelurahan Sekayu, Semarang Tengah. Kegiatan yang diselanggarakan kali ini di rumah tersebut, kata Sulis Bambang, untuk mengenang kelahiran NH Dini.
“Bu Dini lahir di tahun Kabisat, tanggal 29 Februari. Karena tahun ini tidak ada 29 Februari, maka kami baru adakan hari ini. Sebenarnya kami mau menggelar 1 Maret 2023 lalu,” ujarnya.
Nama NH Dini, merupakan sastrawati terkenal pada masanya. Sejak SMP sudah suka menulis cerpen dan novel. Karya yang sudah diterbitkan semasa hidupnya sekitar 28 buku. Judul yang popular di antaranya, Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, Orang-Orang Tran, Pertemuan Dua Hati, dan Labarka.
“Kalau Bu Dini ini sudah termasuk sastrawan dunia. Karena bukunya sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa, terutama bahasa Perancis, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman. Jadi banyak sekali,” pungkasnya.
NH Dini menghabiskan masa tuanya di wisma Lansia di Kecamatan Banyumanik. Ia meninggal di usia 82 tahun, tepatnya Selasa 4 Desember 2018. Setelah mengalami kecelakaan lalu lintas di ruas Jalan Tol Banyumanik Kota Semarang. Kejadian saat perjalanan pulang terapi tusuk jarum di daerah Jagalan, Semarang Tengah.
“Dia habis tusuk jarum di Jagalan, lalu naik taksi yang sudah dicarter sama dia. Tapi terkena musibah,” kata perempuan bernama Oeti Siti Ardiati yang akrab disapa Oeti.
Ketika masih remaja, NH Dini pernah jadi Pramugari. Tepatnya, tahun 50-an. Kemudian meninggal Kota Semarang setelah menikah dengan warga Prancis. Kemudian kembali ke Semarang, tinggal di Kecamatan Ngaliyan, Yogyakarta, dan Jakarta. Termasuk di Ungaran, dan terakhir di Wisma Lansia Banyumanik. (mha/ida)