RADARSEMARANG.COM, Semarang – Perlintasan rel kereta api tanpa palang pintu di Jalan Tanggungrejo Raya, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang menelan korban jiwa.
Pasangan suami-istri, Alif Muchtarudin, 56, dan Surati Handayani, 43, tewas setelah mobil Daihatsu Xenia nopol H 8829 DK yang dikendarai tertabrak kereta api Argo Bromo Anggrek jurusan Surabaya Pasar Turi – Gambir Jakarta, Kamis (23/2) sekitar pukul 12.39.
Pasutri warga Jalan Mangunsari No 58 RT 3 RW 4 Kelurahan Tegal Rejo, Kecamatan Argomulyo, Salatiga itu terpental dari dalam mobilnya dan tergeletak di sekitar rel KA. Sedangkan kondisi mobil warna silver metalik korban rusak berat dan sempat terseret sejauh delapan meter.
Informasi yang dihimpun RADARSEMARANG.COM menyebutkan, kejadian bermula saat mobil yang dikemudikan Alif melaju dari arah utara (Jalan Arteri Yos Sudarso) ke selatan di Jalan Tanggungrejo Raya.
Saat melintasi rel ganda (double track) tanpa palang pintu, tiba-tiba mesin mobil berhenti. Padahal dalam waktu bersamaan dari arah timur ke barat atau Surabaya tujuan Jakarta meluncur KA Argo Bromo Anggrek dalam kecepatan tinggi.
Meski masinis KA Sugik Apriliyanto dan asisten masinis Rangga Yochabet sudah membunyikan klakson berkali-kali, namun mobil tetap berhenti di tengah rel. Tanpa bisa menghindar, loko KA Argo Bromo Anggrek langsung menghantam bagian kiri mobil keluaran 2004 tersebut.
“Saat kejadian, saya duduk di bawah pohon kersen di sana. Saya lihat ada mobil kok berhenti di tengah rel. Lalu, dari timur meluncur kereta api yang membunyikan klakson berkali-kali. Tapi mobil itu gak berjalan,” ungkap warga sekitar, Sugimin, kepada RADARSEMARANG.COM, Kamis (23/2).
Saking kerasnya tabrakan, membuat mobil terpental kurang lebih sejauh delapan meter hingga membentur tembok bagian ujung jembatan perlintasan rel penghubung daerah Cilosari dan Tanggungrejo. Posisi mobil nahas itu menghadap ke arah timur dalam kondisi hancur tak terbentuk. Bodi kendaraan berserakan di jembatan tersebut.
Pengemudi mobil Alif terpental keluar dan tergeletak di jembatan dalam posisi tengkurap. Sedangkan istrinya, Surati, terpental keluar hingga jatuh ke sungai, persis di bawah jembatan tersebut. Praktis, bau anyir darah terasa menyengat di lokasi kejadian. Air sungai bagian tepi terlihat berwarna merah bercampur darah korban.
Sugimin mengakui, perlintasan rel KA tersebut sangat rawan, karena tidak ada palang pintu. Kecelakaan juga kerap terjadi di perlintasan Cilosari, di sebelah barat Jalan Tanggungrejo, sekitar 30 meter, berbatasan dengan aliran sungai Banjir Kanal Timur (BKT).
“Pernah ada kendaraan yang ngangkut 18 orang mau transmigrasi tertabrak KA hingga meninggal semua,” jelasnya.