RADARSEMARANG.COM, Semarang – Banjir masih terus menghantui warga Perumahan Dinar Indah Blok 7 RT 06 RW 26, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang. Warga pun diminta bersedia direlokasi ke rumah susun (rusun) yang akan dipersiapkan Pemkot Semarang. Warga sendiri menolak direlokasi ke rusun. Mereka minta direlokasi di Blok 2 yang masih menjadi aset penggembang. Warga menggelar aksi demo di kompleks perumahan setempat, Senin (20/2) sore,
Ketua RT 6 RW 26 Perumahan Dinar Indah, Kelurahan Meteseh Patris Olla mengajak warga terdampak banjir untuk meminta pengembang menyelamatkan warga, karena sudah lima kali dilanda banjir. Puluhan warga terdampak itu menggelar demo sambil membawa sepanduk bertuliskan “Tanah/bangunan ini dalam pengawasan warga RT 6 RW 26 Blok 7” dan “Kami bukan warga bantaran Sungai Banjir Kanal Timur, relokasi rusunawa bukan solusi”.
Mereka berjalan kaki menuju Perumahan Dinar Indah Blok 2 yang merupakan aset milik pengembang yang bisa jadi tempat relokasi. “Kami berupaya untuk mengawasi lahan ini supaya ke depan pemkot bisa merelokasi ke Blok 2 ini,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Berdasarkan site plane yang didapatkan warga, lanjut dia, Blok 2 masih ada lahan kosong. Diperkirakan bisa sampai 30 rumah yang bisa dibangun. “Ada 10 unit rumah yang kami awasi karena sudah jadi,” ujarnya.
Menurutnya, lahan Blok 7 RT 6 RW 26 tidak layak dijadikan tempat tinggal, dan boleh menempati relokasi di rusunawa. Karena warga membeli rumah dengan akad resmi. “Pengembang sudah menghilang sejak tujuh tahun lalu ketika banjir pertama datang,” katanya.
Ia berharap, dengan unjuk rasa ini, pengembang bisa datang, dan berkoordinasi dengan warga bagaimana solusi dengan baik.
Fajar Adi Pramono, salah satu warga, mengaku ketika hujan deras, dirinya selalu shock. Bahkan, ketika mendengar bunyi sirine, dirinya kalang kabut mencari tempat yang aman. “Pastinya saya shock, Mas. Bingung mau ke mana, karena sering banjir bandang” katanya ketika ditemui RADARSEMARANG.COM di Masjid Ar-Rahman, Senin (20/2).
Ia mengaku, tinggal di Perumahan Dinar Indah sejak 2013. Hampir setiap tahun dirinya menemui banjir bandang. “Kalau tahun ini hampir tujuh kali banjir, apalagi tanggulnya jebol,” ujarnya.
Saat ini, dirinya bersama 120 warga mengungsi di Masjid Ar-Rahman. Tidak sedikit pula yang mengungsi di rumah kerabatnya. Praktis, kini rumah warga terdampak banjir dibiarkan kosong. Pintu gerbang setiap rumah digembok. Selama derada di pungungsian, warga mulai mengeluhkan gatal-gatal, pusing kepala, tensinya tinggi, dan kecapekan.
Kristianto bersama 10 warga lain mengupayakan tempat pengungsian sementara berupa Posko Aspirasi RT 6 RW 26. Posko menempati rumah yang merupakan aset pengembang yang telah lama ditinggalkan. Rumah tersebut berukuran 6×12 meter persegi. Ada dua kamar, ruang tamu, dapur, dan space belalang.
“Ini untuk ditempati para orang tua, ibu-ibu, dan anak-anak. Kasihan kan kalau tidurnya di masjid terus,” jelasnya.
Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang Iswar Aminuddin mengatakan, terkait relokasi warga korban banjir Perumahan Dinar Indah Blok 7, Pemkot Semarang akan menyiapkan rusun. Namun jika rusun sudah siap, apakah warga bersedia tinggal di rusun atau tidak.
“Kami bisa siapkan rusun. Kalau masalah relokasi, ya nggak bisa semua dari pemerintah. Apalagi itu tanah mereka, dan harus biaya dari mereka. Tinggal mau atau tidak jika kita siapkan rusun,” katanya saat ditemui RADARSEMARANG.COM,di Balai Kota Semarang, Senin (20/2).
Iswar menerangkan, permasalahan banjir di Perumahan Dinar Indah harus diselesaikan dengan berbagai pihak, salah satunya Kabupaten Semarang. Apalagi hulu Sungai Pengkol yang merupakan daerah aliran (DAS) Sungai Babon, ada di kabupaten tetangga.
“Selama belum ada perbaikan dari hulu, ya akan kayak gitu terus. Yang kami pikirkan, bagaimana masyarakat tidak menjadi korban? Harus ada kerja sama dari pemerintah pusat maupun provinsi dan Kota Semarang sendiri,” jelas mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang ini.