RADARSEMARANG.COM, Semarang – Simpang Lima kedua yang ada di Bundaran Taman Singosari mulai dibangun Pemkot Semarang. Progres pembangunannya sendiri mencapai 30 persen. Namun harus dihentikan sementara karena ada revisi desain.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, revisi dilakukan lantaran ia merasa tidak sreg dengan tembok taman yang tinggi. Mbak Ita –sapaannya– menilai desain yang lama akan menutupi pandangan arah berlawanan.
“Justru malah tidak cantik, karena malah seperti pulau dan tidak sesuai, makanya direvisi dan dibuat terasering karena temboknya terlalu tinggi,” katanya, kemarin.
Menurut Mbak Ita, taman di Simpang Lima kedua ini akan dijadikan taman pasif, bukan taman aktif seperti desain sebelumnya. Ia menjelaskan, taman pasif lebih cocok karena berada di tengah-tengah jalan besar.
“Jika dibangun taman aktif dikhawatirkan akan membahayakan. Selain itu, juga bisa jadi kotor karena dibuat persinggahan atau digunakan untuk hal-hal negatif. Jadi saya minta direvisi,” ujarnya.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang Ali menjelaskan, meskipun adanya revisi desain, namun pembongkaran tidak dilakukan total. Pihaknya mengaku konsultan sudah menindaklanjuti revisi, setelah selesai pembangunan kembali dilanjutkan.
“Ada pembongkaran, tapi tidak semua. Intinya sesuai dengan permintaan dan arahan Bu Wali Kota,” tuturnya.
Sebelumnya, taman tersebut didesain sebagai hutan kota. Namun hal itu dinilai kurang tepat, karena bisa menutupi pandangan sekitar bundaran. Pihaknya akan menjadikan taman tersebut sebagai taman pasif dengan beragam tanaman berwarna-warni sesuai arahan wali kota Semarang.
“Bu Wali minta tidak jadi hutam kota, karena pandangan dari seberang Wonderia sampai seberang warung-warung tidak kelihatan,” terangnya.
Ali mengatakan, taman Simpang Lima kedua tersebut dibangun dengan dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp 1,1 miliar. Diperkirakan anggaran tersebut belum cukup, sehingga pemkot melalui Disperkim mengucurkan anggaran sekitar Rp 1,2 miliar untuk membuat taman lebih indah.
“CSR hanya taman, itu pun belum selesai. Anggaran CSR terbatas, sehingga kami juga menganggarkan dari APBD karena hitungannya untuk membuat Simpang Lima kedua kurang lebih Rp 2,3 miliar hingga Rp 2,5 miliar,” jelasnya.
Pembangunan taman Simpang Lima kedua ini, lanjut dia, ditarget tiga hingga empat bulan. Selanjutnya, pemkot akan melanjutkan karena pembangunan Simpang Lima kedua dilakukan kolaborasi dengan dinas lainnya, misalnya Dinas Pekerjaan Umum (DPU). “Misalnya, saluran air nanti ditutup dan dibuat jalan. Kontruksinya yang buat DPU,” katanya. (den/aro)