RADARSEMARANG.COM, Semarang – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo resmi melantik Hevearita Gunaryanti Rahayu, sebagai Wali Kota Semarang, di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Senin (30/1).
Dalam pelantikan ini, juga dihadiri Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, Sekjen PDI-P, Hasto Kristiyanto, Menteri PPPA, Bintang Puspa Yoga dan beberapa fungsionaris partai, serta anggota DPR RI
Ganjar menjelaskan dengan dilantiknya Hevearita, saat ini ada sembilan kepala daerah perempuan di Jawa Tengah. Tujuh di antaranya kader dari PDI Perjuangan. Antara lain Bupati Purbalingga, Bupati Klaten, Bupati Sukoharjo, Bupati Demak, Bupati Grobogan, dan Bupati Sragen.
“Mbak Ita ini jadi Wali Kota Semarang Perempuan pertama. Total sudah ada sembilan kepala daerah perempuan,” katanya saat memberikan sambutan.
Ganjar menjelaskan, jika PDI-P menjadi partai yang melahirkan kepala daerah perempuan terbanyak. Dari 43 kepala daerah perempuan di seluruh Indonesia, 14 di antaranya adalah kader PDI Perjuangan.
“Jika ditambah dengan 9 wakil kepala daerah, maka PDI Perjuangan kini memiliki 25 pemimpin daerah perempuan. Ini jadi manifestasi, spirit Marhaenisme dan Sarinah di era modern,” tutur dia.
Ganjar menerangkan, sosok pemimpin perempuan sama seperti sosok Kunti dalam epos Mahabharata. Digambarkan, Kunti sebagai perempuan tidak asal ‘nerimo ing pandum’, tapi juga sosok yang ‘nggetih’ berjuang untuk rakyatnya sekaligus guru yang membangun kultur serta adab bagi anak-anaknya.
“Kehebatan Kunti menitis pada para kepala daerah perempuan. Mereka bukan saja mampu menjadi pesaing serius dalam hal prestasi, beberapa di antaranya malah lebih berani dan progresif daripada kepala daerah laki-laki,” tambah dia.
Ganjar mencontohkan, Bupati Grobogan, Sri Sumarni, yang ingin membangun kabupatennya, dengan pinjaman Rp115 miliar untuk percepatan pembangunan 19 kecamatan di Grobogan. Terobosan brilian ini mengatasi APBD Grobogan yang sangat kecil untuk biaya pembangunan.
Contoh lainnya, Sri Mulyani, Bupati Klaten yang menggandeng Badan Tenaga Nuklir Nasional untuk mengembangkan Padi Rojolele. Hingga melahirkan varietas Rojolele Srinar dan Rojolele Srinuk yang punya usia tanam lebih pendek dan tahan hama. Harganya pun lebih tinggi.
“Kader perempuan PDI-P ini bukan hasil sulapan, kader asli yang berjuang dari bawah. Bukan ngambil dari kanan ataupun kiri, perjuangan kader perempuan ini sangat panjang,” jelas Ganjar.
Adanya kepala daerah perempuan, lanjut Ganjar, tak lepas dari perjuangan Megawati, yang mengawal lahirnya Undang-undang Penghapusan Kekerasan Rumah Tangga, Undang-undang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Luar Negeri, hingga Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
“Semua undang-undang itu lahir dalam rangka untuk menjaga harkat dan martabat perempuan. Lalu ada juga kaderisasi lewat program khusus pendidikan bagi kader perempuan,” katanya.
Kepada Mbak Ita, Ganjar memberikan pesan, yakni banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Ganjar menegaskan, siap menghasilkan kolaborasi solutif dengan Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang.
“Saya dorong Mbak Ita untuk memaksimalkan potensi di Semarang, seperti perdagangan, industri, transportasi, pendidikan, wisata hingga persoalan infrastruktur,”ujarnya.