RADARSEMARANG.COM – Hevearita Gunaryanti Rahayu berasal dari kalangan profesional. Karirnya dimulai sebagai pegawai bank. Lalu, menjadi direktur perusahaan daerah hingga terjun ke politik.
Hari ini, ia resmi menyandang status Wali Kota Semarang menggantikan posisi Hendrar Prihadi yang kini menjabat Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik (LKPP RI).
Jabatan wali kota Semarang yang akan segera diemban Mbak Ita –sapaan akarbnya–memang pantas diselamatkan kepada perempuan yang sejak 2016 menjabat Wakil Wali Kota Semarang tersebut.
Di kalangan partai pengusungnya, PDI Perjuangan, Mbak Ita merupakan politisi yang ulung. Dia sangat piawai dalam melakukan lobi-lobi politik, sehingga mampu mengegolkan ide-ide cemerlang yang menjadi gagasannya.
Tak ayal, PDI Perjuangan kala itu memasangkan dirinya bersama Hendrar Prihadi sebagai calon wali kota dan wakil wali kota Semarang dalam pilkada yang dua kali periode dimenanginya.
Bahkan, pada Pilkada terakhirnya, duet Hendi-Ita harus bertarung melawan kotak kosong lantaran tidak ada partai lain yang mengusung calonnya pada Pilkada Kota Semarang tahun 2020. Meski demikian, duet kader PDIP ini mampu menang telak atas kotak kosong. Hendi-Ita mampu meraih 716.693 suara dari total pemilih sebanyak 805.524 orang.
Bersama Hendi, Mbak Ita mampu mewujudkan pembangunan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, baik berupa infrastruktur maupun non-infrastruktur. Wajah Kota Semarang terus dipercantik dengan pembuatan taman kota, pembenahan saluran air, gorong-gorong hingga program betonisasi yang membuat Kota Semarang semakin bersih dan rapi.
Selain bidang pembangunan, wanita kelahiran Semarang, 4 Mei 1966 ini merupakan figur pemimpin yang peduli terhadap kondisi ekonomi masyarakatnya. Pada saat menjabat Plt wali kota Semarang, dia mengajak warganya untuk menanami lahan kosong dengan tanaman yang bernilai ekonomi, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. “Saatnya warga mengembangkan urban farming untuk ketahanan pangan,” kata Mbak Ita di setiap kesempatan.
Terakhir, Mbak Ita melontarkan gagasan program urban farming agar dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah, mulai PAUD, TK, SD hingga SMP.
“Melalui urban farming, masyarakat diharapkan bisa memanfaatkan ruang terbuka menjadi lahan hijau yang mampu menghasilkan produk pertanian,” ujarnya.
Bahkan, Mbak Ita menyebut urban farming dapat menjadi salah satu strategi untuk mengatasi krisis pangan secara global yang diprediksi akan terjadi pada 2023 ini.
Diketahui, Mbak Ita menempuh pendidikan di SD Citarum Semarang pada 1972–1978, lalu melanjutkan SMP Maria Mediatrix Semarang (1978–1981), dan SMA Negeri 1 Semarang (1981–1984). Selepas lulus SMAN 1 Semarang, Mbak Ita melanjutkan kuliah program S1 Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (1984–1989).
Tak puas bergelar sarjana saja, Mbak Ita kemudian melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni kuliah S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro (2018–2019).
Selain pendidikan formal, Mbak Ita sejak remaja aktif terjun di berbagai organisasi. Sejumlah organisasi pernah diikutinya untuk menambah kemampuannya dalam mengelola organisasi dan berbaur dengan komunitas dan masyarakat secara luas.
Organisasi yang pernah diikuti Mbak Ita, yakni Corporate Secretary Badan Kerja sama Participating Interest Blok Cepu Badan Kerja Sama 4 BUMD (Bojonegoro, Blora, Jawa Timur dan Jawa Tengah) pada 2006–2009, Wakil Ketua BKS PI Blok Cepu (2009–2014), Ketua BKS PI Blok Cepu (2014–2016).