Sementara Pembina Yayasan Kelenteng Agung Sam Poo Kong Mulyadi Setiakusuma mengapresiasi dan berterima kasih kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang yang selalu mendukung kegiatan di Sam Poo Kong.
Meski begitu, kegiatan puncak perayaan Imlek adalah Minggu (22/1) pukul 09.00. Ia menambahkan, Tahun Baru Imlek ini dirayakan oleh lintas agama. Semua keturunan Tionghoa dengan agama apapun boleh merayakan Imlek.
“Imlek itu dirayakan lintas agama jadi teman-teman kami yang keturunan Tionghoa mau agamanya apapun, merayakan Imlek. Karena imlek itu sama halnya dengan Lebaran, dimana hari raya yang saudara-saudara semuanya berkumpul. Lebaran itukan juga bebas ya mau berkumpul. Mau saudara, ada yang beragama lain pun boleh. Sama halnya dengan Imlek karna hal terpentingnya adalah kebersamaannya,” ungkapnya.
Lebih lanjut Mulyadi menjelaskan, rangkaian kegiatan perayaan Imlek yang akan berlangsung di Kelenteng Sam Poo Kong. Menurutnya Imlek dirayakan selama 15 hari. “Imlek adalah pembukaan mulainya, tapi selesainya cap go meh,” imbuhnya.
Menurutnya, Imlek identik dengan buah keranjang dan jeruk. Kue keranjang simbol keberkahan dan jeruk sebagai simbol rezeki. Sehingga perayaan ini sebagai wujud dari rasa syukur keturunan Tionghoa karena masih diberikan kesehatan dan rezeki.
Mulyadi menambahkan, nantinya puncak acara akan dihadiri oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Selain itu, akan ada hiburan yang ditampilkan di hari tersebut.
Meski PPKM sudah ditiadakan, pihaknya tetap akan membatasi pengunjung dengan kapasitas hanya 80 persen. Yakni 8000 pengunjung. Jika pengunjung berlebih, maka loket akan ditutup terlebih dahulu dan kembali dibuka jika pengunjung sudah banyak yang keluar. “Jadi kami berikan space dispensasi 20 persen. Kapasitas full-nya 10 ribu,” katanya. (fgr/ton/kap/ida)
