RADARSEMARANG.COM, Semarang – Momen Tahun Baru Imlek 2754 menarik perhatian penghobi foto konsep, Handoko Wibowo.
Ia memotret tiga model dengan gaya Imlek Nusantara era 60-an di Rumah Popo, Jalan Branjangan Kawasan Kota Lama Semarang, Jumat (20/1).
Ia mengusung tema perayaan malam Imlek yang menceritakan suasana silaturahmi keluarga, orang-orang terkasih dan para sahabat. Dilanjutkan dengan makan bersama dan bertukar angpo. Latar foto ini menggambarkan suasana tahun 60 – 70an.
“Ini mengusung Imlek yang ada di negara kita dengan tujuan menjaga persatuan,” katanya.
Akulturasi budaya tampak pada konsep foto Handoko. Tiga model memakai gaya busana berbeda, western, Tionghoa, dan batik. Perabot yang dipasang juga tak melulu bergaya Tiongkok.
Tapi memakai kursi Lenong Sunda, furniture art deco, dan radio kuno. Tak lupa lampion merah sebagai lambang suasana Imlek.
“Saya sangat suka karena ada kursi lenong ini, meja ini, sehingga mencerminkan peranakan di Indonesia,” katanya.
Sementara itu, perayaan Imlek juga meriah di Kelenteng Agung Sam Poo Kong. Bahkan digelar selama tiga hari berturut-turut. Mulai dari 21-23 Januari 2023.
Beberapa hiburan akan disuguhkan. Seperti atraksi Barongsai Tonggak San Guo, Barongsai Nicha Dharma, Barongsai San Guo, tarian 1000 tangan, dan jatilan.
Selain itu juga akan menamilkman penyanyai Lala Widy, Yuda Leo Betty, dan Bianca Shakila.
Kegiatan dibuka dengan fashion show batik dan pencarian Queen and King Batik of Lunar Year yang diikuti oleh 65 peserta baik anak-anak, dewasa, dan umum.
Sedangkan Sabtu (21/1) kemarin, diwarnai kemeriahan fashion show batik menggambarkan multi etnis atau keberagaman di Kota Semarang. Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu turut memberikan penghargaan kepada pemenang fashion show.
“Ya ini kan Kota Semarang multi etnis, multi agama, dan multi kebudayaan. Semua ini menjadi satu di Kota Semarang. Ini sangat luar biasa,” jelasnya saat ditemui usai memberikan penghargaan bagi pemenang fashion show batik di Kelenteng Sam Poo Kong, Sabtu (21/1).
Mbak Ita -sapaan akrabnya- mengaku, tema batik sebagai wujud dari kearifan lokal yang bisa dimodifikasi dalam menyambut perayaan Tahun Baru Imlek.
“Ini kolaborasi dengan kegiatan yang ada di Sam Poo Kong dalam menyambut Imlek. Ini tentu suatu kolaborasi sinergi antara masyarakat yang ada di Kota Semarang. Ya tadi, batik memang kearifan lokal. Dari berbagai batik bisa dimodifikasi dan dipakai untuk kegiatan Tahun Baru Imlek,” imbuhnya.
Setelah pemberian penghargaan selesai, Mbak Ita bersama Kepala Disbupar Kota Semarang Wing Wiyarso, Camat Semarang Barat Elly Asmara, dan Pembina Yayasan Kelenteng Agung Sam Poo Kong Mulyadi Setiakusuma membagikan kue keranjang dan buah jeruk kepada pengunjung yang datang. Mereka pun antusias menerimanya.