31 C
Semarang
Sunday, 6 April 2025

Mbak Ita Ajarkan Urban Farming di Sekolah

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Ketahanan pangan di Kota Semarang coba diwujudukan pemkot dengan menggencarkan pertanian perkotaan atau urban farming.

Program ini juga menyasar kalangan pendidikan. Tujuannya tak lain untuk mengantisipasi adanya resesi sekaligus menekan inflasi.

Salah satu yang sudah menerapkan adalah SMP Negeri 11 Semarang. Bahkan sekolah ini sudah memetik hasilnya dengan memanen ikan dan sayuran.

Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, Jumat (20/1) kemarin, berkesempatan untuk mengikuti panen serta melakukan penananam. Hadir Plt Kepala Dinas Pendidikan Suwarto dan Kepala Dinas Pertanian Hernowo Budi Luhur.

Mbak Ita –sapaan akrabnya–menerangkan, jika urban farming saat ini masuk dalam kurikulum Merdeka Belajar yang memiliki porsi sekitar 20 persen. Meskipun porsinya masih kecil, lanjut Mbak Ita, adanya urban farming ini bisa digunakan sebagai pencegahan terjadinya krisis pangan.

“Kita ajak anak-anak untuk belajar bertani. Tujuannya, tak lain untuk mengatasi krisis pangan dan menekan inflasi. Selain itu, juga bisa menanamkan pendidikan karakter, karena dari bibit hingga panen mereka harus sabar untuk merawat,” katanya usai melakukan panen ikan dan penananam sayur di SMP Negeri 11 Semarang, Jumat (20/1).

Selain peserta didik, gerakan menanam di sekolah ini juga bisa dimanfaatkan siswa untuk melakukan hal serupa di rumah atau lingkungan sekitar. Salah satunya di pekarangan ataupun halaman rumah. Orang tua siswa pun diharapkan ikut berperan aktif.

“Harapan saya, orang tuanya juga mau ikut menanam. Apalagi filosofi dari gerakan menanam selain manfaat secara nyata adalah karakter anak akan timbul, anak-anak akan lupa dengan gadget,” ujarnya.

Tak hanya dinikmati untuk keluarga, hasil bertani urban farming mulai dari sayuran, beternak ikan, dan sejenisnya, akan mengurangi pengeluaran keluarga. Bahkan, jika ditekuni, hasilnya akan berlebih, dapat dijual dan menjadi penghasilan tambahan.

“Presiden sudah mewanti-wanti untuk masalah pangan yang berpotensi terjadinya inflasi serta krisis pangan,” lanjut Mbak Ita.

Diperinci Mbak Ita, sebagaimana disampaikan presiden, empat bahan pangan pemicu inflasi adalah beras, telur, daging, dan tomat. “Alhamdulillah dengan bertanam, kita tidak akan panik kalau harga cabai atau tomat melambung. Tinggal petik di pekarangan saja bisa dimasak,” jelasnya.

Menurut Mbak Ita, kesadaran untuk bercocok tanam di Kota Semarang saat ini sudah mengalami peningkatan. Pihaknya pun berencana akan membuat gerakan menanam serentak dari tingkat kelurahan. Tujuannya, selain ketahanan pangan, tentu sebagai resapan saat musim hujan tiba.

“Nanti akan kita lakukan penanaman serentak sampai tingkat kelurahan. Nanti juga daerah aliran sungai yang banjir, akan kita tanami juga,” katanya.

Kepala SMP Negeri 11 Semarang Dwi Astuti Indriyanti menjelaskan, jika sekolah yang dipimpin saat ini memilki program kegiatan PM6, yakni Program Menanam, Merawat, Memupuk, Memanen, Memasak, dan Makan Bersama, guna menekan stunting di lingkungan sekitar sekolah, serta mewujudkan ketahanan pangan.

“Kita bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan untuk penyediaan bibit. Anak-anak juga sangat antusias, bahkan setiap istirahat mereka selalu mengecek tanaman yang ditanan,” tuturnya.

Pada penanaman kali ini, lanjut dia, ada 800 bibit yang ditanam mulai dari bibit bayam, kangkung, sawi, tomat, terong dan cabai. Nantinya setelah dipanen, maka pihak sekolah bersama paguyuban orang tua akan memasak hasil panen dan memakan bersama.

“Harapan kami mengurangi stunting bagi anak SMP Negeri 11, jadi kami harap ini bisa menumbuhkan karakter anak-anak agar mempunyai tanggung jawab minimal bagi diri sendiri dulu,” katanya. (den/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya