28 C
Semarang
Friday, 11 April 2025

Warga Dinar Indah Semarang Harus Panjat Pohon dan Jebol Atap agar Bisa Selamat dari Banjir Bandang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Banjir bandang yang terjadi di Perumahan Dinar Indah, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang Jumat (6/1) petang, menjadi banjir terbesar dalam sejarah warga RT 6 RW 26. Begitu juga dengan warga Perum Arion Mas 6, Desa Kebonbatur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.

Banjir mengingatkan warga Perumahan Dinar Indah pada peristiwa serupa di 2014. Pihak pengembang perumahan tidak mau bertanggung jawab, dan memilih menghilang. Kemarin, banjir dahsyat membuat kawasan ini porak-poranda, bahkan ketinggian air limpasan dan jebolnya tanggul dari Sungai Pengkol DAS Babon, mencapai hampir 3 meter.

Seno, salah satu warga menceritakan detik-detik banjir bandang. Air mulai masuk perumahan sekitar pukul 15.00 petang. Pria berusia 52 tahun ini, menjadi saksi jebolnya tanggul. Beruntung koordinator Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) ini masih bisa menyelamatkan diri.

“Saya sempat melihat sungai posisinya 10 sentimeter dari bibir tanggul. Nggak sampai hitungan menit, tanggulnya jebol dan air datang secara tiba-tiba,” katanya saat ditemui di Masjid tempat evakuasi warga Sabtu (7/1).

Menurutnya alarm early warning system (EWS) yang menjadi tanda peringatan bencana sudah meraung-raung, karena air sungai sudah masuk ke permukiman warga. Saat itu pula, banyak warga yang keluar rumah dan menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.

“Pompa air juga menyala, tapi aliran air (sungai) sangat deras. Bahkan saya sempat pegangan tiang kabel telepon, kemudian dilempar selang sama anak saya,” ujarnya sambil menjelaskan kengerian saat banjir melanda.

Setelah itu, Seno berusaha merambat dan naik memanjat pohon, agar tidak terbawa aliran air. Ia masih sempat berusaha menyelamatkan tetangga lainnya yang merupakan lansia. Kala itu, air yang menggenangi perumahan sudah setinggi sekitar 2,5 meter. “Jebol atap rumah warga, buat nolong. Tapi setelah itu ada evakuasi dari relawan,” tambahnya.

Menurut informasi yang dihimpun, banjir kerap melanda wilayah Dinar Indah sejak 2014. Konon perumahan ini dibangun sejak 2013 lalu. Musibah banjir juga sempat terjadi pada tahun 2014, 2021 dan paling parah pada Jumat (6/1) kemarin. Selain rumah, ada 20 sepeda motor dan empat mobil milik warga yang juga terendam. “Tahun 2014 dulu tanggul ya jebol, pengembang tidak tahu ke mana,” keluhnya.

Maria, korban lainnya, mengaku sempat menyelamatkan salah satu motornya ke daerah yang lebih tinggi. Namun setelah ia mau kembali ke rumah, air bah yang deras sudah menghadang. “Mungkin kalau tidak manjat dan pegangan, (saya) bisa hanyut. Airnya kenceng banget,” tambahnya.

Dari video yang beredar, kedalaman air hampir mencapai atap rumah warga, sehingga warga tidak bisa menyelamatkan barang-barang berharga. “Iya mas, videonya memang seperti itu, dua meter lebih,” tuturnya

Mega, warga lainnya, hanya bisa pasrah. Perempuan yang membuka usaha di bidang jahit ini, harus merelakan kain dan mesin jahit yang dia memiliki terendam air. “Tadi tidak sempat membawa apa-apa, beberapa mesin jahit yang saya gunakan untuk kerja juga terendam. Ketinggian air mencapai dua meter lebih,” kata Mega.

Mobil, motor, dan barang elektronik miliknya ataupun korban lainnya terpaksa tidak bisa diselamatkan karena air bah datang dalam hitungan menit, dan langsung menenggelamkan perumahan Dinar Indah. Ia memperkirakan banjir ini, terjadi karena curah hujan di wilayah atas sangat tinggi. “Mungkin banjir kiriman, selain itu juga tanggulnya jebol. Jadi tahun ini sangat parah, bahkan sampai ada korban jiwa,” bebernya.

Sebagian warga Perumahan Dinar Indah kehilangan barang berharga mereka. Akbar, salah satu warga RT 6 RW 26 Kelurahan Meteseh, mengatakan, beberapa alat elektronik miliknya raib terbawa arus. Sisanya rusak terendam air. “Kami mengutamakan evakuasi anak-anak, keluarga dan orang tua, kalau semuanya sudah aman baru mengevaluasi barang-barang, jadi memang tidak sempat karena air naik sangat cepat,” katanya.

Sebagian warga yang rumahnya terendam banjir memilih mengungsi. Seperti Diana, warga RT 6 RW 26 Kelurahan Meteseh. Diana memiliki 3 orang anak yang berumur 8 tahun, 6 tahun, dan 5 tahun. Ketiganya diungsikan di rumah adiknya. “Anak-anak ngungsi di rumah adik saya, karena saya takut mereka trauma kalau harus menetap di pengungsian umum,” ucapnya.

Diana belum sempat mengamankan barang-barangnyaketika ketinggian air sudah mencapai pintu rumah. Surat-surat berharga miliknya ikut terendam banjir, hanya sertifikat tanah yang berhasil diselamatkan. Meski begitu, ia bersyukur lantaran masih diberi kesehatan dan keselamatan hingga kini.

“Saya berharap kedepannya ada relokasi, karena banjir bisa terjadi kapan saja, apalagi ini bukan kali pertama,” katanya.

Suasana mencekam juga dialami warga Perum Arion Mas 6, Desa Kebonbatur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Sebab permukiman mereka berada di pinggir sungai yang sama dengan penyebab banjir di Dinar Indah. Bahkan lokasi perumahan ini dikelilingi jalur sungai yang melingkar berbentuk mirip huruf “U”.

“Kali ini banjir yang terparah. Baju, lemari, kulkas dan barang saya lainnya kebanjiran,” tutur Suyatno, warga RT 4 RW 28 Perum Arion Mas 6. Ketinggian air di depan rumahnya sekitar 1 meter. Di titik lain ada yang lebih dari 1,5 meter.

Agung, juga warga RT 4 RW 28, menceritakan suasana mencekam saat evakuasi. Apalagi di perumahan tersebut ada sejumlah lansia. Termasuk kedua orangtua Agung. Mereka tidak bisa berjalan cepat ketika air bah datang. Bahkan ibunya yang berusia 90 tahun sempat terjatuh dan kakinya bengkak.

Tak hanya itu, lanjut Agung, warga juga bekerja keras untuk menyelamatkan warga yang masih terjebak dalam rumah. Seorang tetangga wanita tak bisa keluar rumah karena pintu sudah tak bisa dibuka.

Terdorong tekanan air yang sudah menggenangi bagian dalam rumah dengan ketinggian lebih dari 0,5 meter. Warga mencoba mendobrak pintu dengan tendangan. Tapi gagal. “Akhirnya warga memecahkan kaca jendela, baru ibunya bisa ditolong keluar,” cerita Agung. (den/mg5/mg6/mg7/ton)

Reporter:
Adennyar Wicaksono

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya