29 C
Semarang
Wednesday, 16 April 2025

Wajah Baru Kampung Melayu Diharapkan Jadi Penyangga Wisata Semarang Lama

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Revitalisasi Kampung Melayu di Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang selesai dilakukan. Kawasan ini masuk dalam cagar budaya. Kampung Melayu bakal menjadi pendukung kawasan Kota Lama, yang menjadi bagian dari Semarang Lama selain Pekojan dan Pecinan.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) menganggarkan Rp 30 miliar untuk revitalisasi Kampung Melayu sebagai lanjutan Kota Lama. Revitalisasi yang dilakukan berupa jalan, pedestrian, drainase, penerangan, hingga fasilitas umum.

Saat ini kawasan seperti Jalan Kakap, Jalan Layur, Jalan Petek, yang menjadi urat nadi perekonomian di kawasan tersebut, sudah representatif dan bisa dijual pada wisatawan lokal ataupun mancanegara.

“Kampung Melayu ini sengaja dikembangkan sebagai penyangga keberadaan Semarang Lama. Seperti Kota Lama, Pecinan dan Pekojan yang akan dikoneksikan dan dijual sebagai obyek wisata,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang R. Wing Wiyarso kepada RADARSEMARANG.COM.

Disbudpar, kata dia, terus melakukan sosialisasi kepada warga ataupun pemilik bangunan yang diduga masuk dalam kategori cagar budaya, agar bisa dilestarikan. Wing juga mengajak Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) untuk menjaga fasad bangunan yang diduga cagar budaya dan belum ditetapkan ini tidak agar diubah.

“Kami minta pemilik bangunan yang belum terdata ini konsultasi dengan Tim Ahli Cagar Budaya, karena ada kaidahnya terkait UU Cagar Budaya. Selain itu kita juga sedang mencari referensi, bangunan mana yang belum menjadi cagar budaya,” tambahnya.

Ditanya berapa jumlah bangunan yang terdaftar cagar budaya di Kampung Melayu, Wing belum bisa memastikan secara rinci. Sementara ada Masjid Layur dan beberapa rumah di sekitarnya yang merupakan bangunan cagar budaya. Namun pendataan terus dilakukan, dengan mencari referensi terkait sejarah masa lampau Kota Semarang.

“Yang jelas ada Masjid Layur, tapi masih coba kita lihat lagi. Angka pastinya, saya belum bisa bilang,” tuturnya.

Menurut dia, Kampung Melayu pada zamannya dulu merupakan wilayah yang penting, selain Kota Lama, Pecinan dan Pekojan yang merupakan kawasan Semarang Lama. Wing menerangkan, Semarang Lama ini akan dikembangkan, karena dahulu sempat menjadi raja di Asia bahkan dunia, sebagai jalur rempah, gula bahkan jalur sutra.

“Harapan kami bisa menjadi sub penyangga Semarang Lama yang akan dikembangkan Pemkot, dan nantinya akan dijual sebagai obyek wisata sejarah, religi dan lainnya untuk wisatawan,” paparnya.

Disbudpar saat ini sedang memfasilitasi warga untuk membuat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) agar bisa mengelola wilayahnya, sehingga bisa mendongkrak perekonomian, serta kesejahteraan warga.

Selain Masjid Layur atau masjid menara yang berusia ratusan tahun, ada area pemakaman lama yang sering didatangi peziarah, juga ada pula Masjid Kyai Sholeh Darat. “Kita fasilitasi warga agar bisa mengelola kawasannya, tujuannya agar mereka sadar akan potensi yang ada dan bisa dijual ini,” katanya.

Sementara itu, Plt. Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menerangkan, Kampung Melayu memang sengaja dikembangkan sebagai bagian dari Semarang Lama.

Sebelumnya, kata wanita yang akrab disapa Mbak Ita ini, revitalisasi sudah dilakukan di kawasan Kota Lama, ke depan akan merambah ke Pecinan dan Pekojan. “Nanti kita akan minta Kementerian PUPR untuk bisa melakukan normalisasi Kali Semarang, sehingga pengembangan Semarang Lama ini bisa maksimal,” katanya.

Mbak Ita menerangkan, pembuatan Pokdarwis perlu dilakukan oleh warga, sebagai pemilik kampung yang dianggap memiliki potensi. Harapannya tentu Kampung Melayu usai dilakukan revitalisasi bisa dikenal khalayak luas seperti kawasan Kota Lama. “Tentu masyarakat harus terlibat, nanti perekonomian mereka juga bisa naik,” tambahnya.

Kampung tua di Kota Semarang ini memiliki karakteristik dengan berbagai etnik di dalamnya. Mulai dari etnik Arab, Tionghoa, India, Pakistan, Cirebonan, serta Banjar bisa dijumpai di kampung ini. Bisa dilihat dari beberapa rumah yang masih mempertahankan bangunan lamanya.

Beragam spot foto baru juga sering dikunjungi wisatawan. Seperti gapura bertuliskan Kampung Melayu, gazebo, miniatur kapal, Kelenteng Kam Hok Bio, jembatan merah, masjid Menara Layur, serta bangunan rumah tua.

Salah satu pengunjung Mevisa Putri mengaku menyempatkan datang untuk melihat Kampung Melayu setelah direvitalisasi. Ia melihat dari Instagram. Dirasa bagus dan mempunyai spot-spot foto yang bagus. Mevisa bersama keluarganya pun datang berkunjung.

“Iya ini lihat di Instagram kok bagus. Dulu waktu kesini belum diubah kayak gini. Sekarang banyak spot-spot foto baru yang instagramable. Fasilitas umum juga lebih banyak,” jelasnya.

Salah satu warga Nani mengaku sering ada wisatawan yang melakukan kunjungan ke Kampung Melayu. Menurutnya mereka biasa mengunjungi jembatan merah dan rumah tua yang belum dirombak untuk dijadikan spot foto yang apik

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kelurahan Dadapsari Nugroho mengaku akan ada spot untuk UMKM menjajakan produknya. Nantinya akan diluncurkan pada Minggu (15/1) mendatang. “Harapannya nanti terjadi peningkatan ekonomi warga di Kampung Melayu ini,” ungkapnya. (den/kap/ton)

Reporter:
Adennyar Wicaksono
Khafifah Arini Putri

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya