RADARSEMARANG.COM, Semarang – Banjir masih merendam sejumlah kelurahan di Kecamatan Genuk dan Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Di Kecamatan Genuk, banjir terparah di wilayah Trimulyo dan Genuksari dengan ketinggian air mencapai 75 sentimeter.
Banjir juga merendam Jalan Kaligawe Raya hingga menyebabkan kemacetan arus lalu lintas sepanjang 4 km. Di Kecamatan Gayamsari, wilayah terparah di Kelurahan Tambakrejo. Di wilayah ini, sedikitnya 2.000 rumah warga terdampak banjir, dan 17 KK mengungsi di balai kelurahan dan musala.
Lurah Trimulyo Sugito menuturkan, banjir kali ini merupakan yang terbesar. Hampir seluruh wilayahnya direndam banjir sejak Sabtu (31/12) lalu. Rumah warga yang terendam mencapai ribuan. “Jumlah warga yang terdampak sekitar 1.200 KK. Ada yang bertahan di rumah, sekolah, dan musala,” katanya.
Sejauh ini bantuan makanan sudah berdatangan. Namun untuk mengambilnya warga harus menembus genangan banjir setinggi perut orang dewasa. “Ya, harus susah payah begini, Mas,” kata Siti, salah satu warga saat mengambil paket makanan bantuan.
Banjir di Kelurahan Genuksari juga cukup parah. Kantor kelurahan, puskesmas dan sekolah setempat terendam banjir. Ketinggian air di wilayah ini mencapai 30-70 sentimter.
Lurah Genuksari Sutrisno menjelaskan, ada 11 RW di wilayahnya yang terdampak banjir. Jumlah rumah yang terdampak mencapai 4.000 rumah, termasuk kantor kelurahan, SD Negeri Genuksari dan Puskesmas Genuksari. “Yang sampai masuk rumah beberapa saja. Wilayah Gebangsari dan Muktiharjo Lor yang lebih parah,” katanya.
Camat Genuk Suroto mengatakan, ada ribuan rumah yang terendam di wilayahnya. Tersebar di Kelurahan Genuksari, Gebangsari, Trimulyo, Terboyo Wetan, Muktiharjo Lor, Bangetayu Kulon, dan Banjardowo. Sedangkan wilayah yang sudah surut, di antaranya Kelurahan Kudu, Karangroto, Bangetayu Wetan, Sembungharjo, Penggaron Lor dan Terboyo Kulon.
Dikatakan, untuk warga yang terdampak banjir, sebagian besar bertahan di rumah masing-masing. Ada pula yang mengungsi di musala atau sekolah. Pihaknya bersama Pemerintah Kota Semarang telah mendirikan dapur umum dan berbagai pelayanan di kantor Kecamatan Genuk. “Dapur umum, pelayanan kesehatan dan logistik sudah kami dirikan. Kalau ada bantuan, langsung kami salurkan,” katanya.
Di Kelurahan Tambakrejo, banjir masih merendam wilayah RW 3. Sebanyak 7 Kk mengungsi di balai kelurahan lantaran rumahnya masih tergenang banjir.
Nanik, 35, warga RT 5 RW 3 menjelaskan, jalan di depan rumahnya di Jalan Purwosari V kedalaman air masih mencapai perut orang dewasa atau sekitar 1 meter. Sedangkan di rumahnya, ketinggian air mencapai sepaha. “Yang di sini (balai kelurahan) semua warga RW 3,” katanya.
Di Musala Nurul Qomar Kampung Karang Kimpul RT 3 RW 1 Kelurahan Tambakrejo, ada 10 KK yang mengungsi di lantai dua musala. Salah satunya Ahmad Muzammil, 60. “Di sini ada 20 orang yang mengungsi, tidurnya ada yang di atas, ada yang di bawah,” jelasnya.
Terpisah, Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menuturkan, titik banjir paling kritis saat ini masih di wilayah timur, yakni Kecamatan Pedurungan dan Genuk. Untuk Kecamatan Pedurungan, yang masih tergenang banjir yaitu Tlogosari Kulon dan Muktiharjo Kidul.
Mbak Ita –sapaan akrab Plt wali kota—akan terus mengupayakan untuk melakukan penanganan terhadap wilayah-wilayah yang masih terdampak dengan pencegahan banjir selanjutnya.
“Saat ini sudah banyak yang surut. Untuk titik-titik yang paling kritis ada di wilayah Kecamatan Pedurungan, yakni Tlogosari, dan Muktiharjo Kidul. Juga di hampir sebagian besar wilayah Kecamatan Genuk mulai Muktiharjo Lor, Genuksari, Kaligawe, dan Trimulyo,”katanya saat ditemui RADARSEMARANG.COM, Senin (2/1).
Pihaknya mengaku secara intens terus berkolaborasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali – Juana untuk menarik air yang masih menggenangi titik kritis, seperti di Pedurungan, Tlogosari, dan Muktiharjo Kidul ke laut dengan bantuan pompa Sringin dan pompa Kali Tenggang.
“DPU berhasil mengevakuasi atau memindahkan air dari Sringin ke Tenggang untuk menarik. Karena sebagian ini kan ada yang arah alirannya di Tenggang dan Sringin, dan sepertinya Tenggang ini masih banyak untuk menarik yang Muktiharjo. Karena Muktiharjo dan Tlogosari ini kan muaranya ada di Tenggang. Kalau Sringin ini sudah tinggal yang wilayah Trimulyo dan Genuk,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan, penanggulangan banjir di wilayah Sungai Plumbon, Tugu, sudah dilakukan dengan penambalan kisdam dan bronjong oleh Pemkot Semarang yang juga berkolaborasi dengan BBWS.
“Karena di wilayah Kali Plumbon Mangkang ini tanggulnya jebol di empat titik, tapi kemarin sudah dilakukan penambalan kisdam dan bronjong oleh BBWS itu juga sebagai bentuk bagaimana kita berkolaborasi untuk menanggulangi,” paparnya
Pemkot, kata dia, juga akan berkoordinasi terkait rencana penambahan pompa air di wilayah Sringin dan Kali Tenggang untuk mempercepat aliran air banjir menuju ke laut.
“Kali Sringin sudah dinormalisasi, tapi sepertinya sudah ada penurunan tanah, jadi wilayah yang semakin tergenang akan semakin tinggi sehingga diperlukan tambahan pompa untuk mempercepat,” katanya.
Kementerian PUPR melalui BBWS, lanjut Mbak Ita, juga melakukan pembangunan sheet pile yang ada di Tambaklorok mulai 9 Desember lalu. Harapannya bisa rampung tahun ini. “Kita harapkan pada tahun ini sudah ada pembangunan-pembangunan dan bisa membantu untuk wilayah Tambaklorok ini nanti tidak terdampak rob lagi,” terangnya.
Terkait pembebasan lahan, menurut Mbak Ita, tidak ada masalah yang berarti. Sehingga dia berharap target pembangunan sheet pile bisa selesai tidak lebih dari satu tahun. “Selama bisa kita fasilitasi dan tidak ada masalah sosial serta pembebasan lahan, harapan kami tahun ini sheet pile bisa rampung,” katanya.
Sub Koordinator Operasi Pemeliharaan Drainase Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang Hisyam Ashari menjelaskan pompa portabel telah ditempatkan di daerah rawan genangan.
“Pompa sejak Sabtu kemarin dalam keadaan on dan tidak ada yang rusak. Untuk itu penanganan di bawah jembatan tol Kaligawe kita upayakan pompa portable untuk menggenjot genangan air,” bebernya.
Pompa air portabel sebelumnya juga dikirimkan di Stasiun Tawang agar tidak lagi tergenang. Saat ini, Pemkot mempunyai 52 rumah pompa dengan total 119 unit pompa yang telah dipersiapkan untuk menangani banjir.
Selain mengoptimalkan penggunaan pompa, lanjut dia, DPU Kota Semarang juga akan memasang kisdam di sepanjang aliran sungai untuk mencegah limpasan air dan menutup kebocoran tanggul yang ada.
“Pompa di Sringin dan Tenggang terus berjalan. Bocoran tanggul sungai kita antisipasi dengan kisdam, termasuk di Sungai Plumbon. Tim kami juga diturunkan untuk membersihkan drainase ketika ada jalan yang tergenang,” katanya. (fgr/den/mha/aro)