RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) mempunyai cara tersendiri dalam menyampaikan isu iklim kepada masyarakat. Yakni melalui naskah drama.
Dosen PBSI Ahmad Rifai mengatakan, isu perubahan iklim sudah menjadi sorotan dari berbagai kalangan di ranah internasional.
Baik oleh aktivis lingkungan, sineas, hingga dari kalangan akademik. Namun di Indonesia isu ini perlu mendapat dorongan agar terus menjadi perhatian publik.
Menurutnya salah satu kelompok yang mesti dipantik agar memiliki perhatian terhadap isu lingkungan adalah mahasiswa.
“Sebagai akademisi, kami sangat peduli dengan isu lingkungan, terutama terkait perubahan iklim. Mungkin kami tidak bisa melakukan aksi yang langsung berkonfrontasi dengan pihak yang mencemari lingkungan, tetapi kami bisa mengupayakannya agar isu ini mendapat perhatian mahasiswa,” jelasnya saat ditemui di Aula Gedung B, UPGRIS.
Karena itu, pihaknya bersama dengan mahasiswa fokus menampilkan festival drama terkait dengan isu iklim. Seperti Festival Hujan Bulan Desember yang diadakan pada Kamis (23/12) lalu.
Rifai terus mengajak mahasiswa untuk menuangkan ide-ide mereka terkait isu perubahan iklim melalui karya sastra.
Salah satunya dengan naskah drama yang bercerita tentang dampak dari isu iklim bagi manusia. Mulai dari susah mencari makan, kehilangan rumah karena banjir, kekeringan, dan sebagainya.
“Ada enam naskah drama yang ditulis oleh mahasiswa. Mereka membahas isu-isu terkait perubahan iklim dalam karya-karya tersebut,” tambahnya.
Menurutnya, upaya ini perlu untuk terus digagas. Sehingga mahasiswa terpantik kepeduliannya untuk lebih mengerti dan mengikuti fakta-fakta terkait isu perubahan iklim.
Dari naskah drama yang ada nantinya akan dibuat pementasan.
“Naskah drama tersebut ke depannya akan didokumentasikan menjadi sebuah kumpulan naskah, yang harapannya akan dipentaskan oleh adik-adik tingkat,” akunya.
Rifai merinci keenam naskah drama tersebut.
Yakni, Leburnya Dilema Bersama Hujan, Kemarau Saku di Musim Salju, Sakit Berjamaah, Tersipu Malu pada Cuaca, Sandiwara Kelam di Tepi Telaga, dan Manusia Lalai Dunia Terbengkalai. (kap/ida)