RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Hujan deras mengguyur Kota Semarang Tanah sekitar 5 jam, sejak pukul 14.30 hingga malam. Senin (26/12) kemarin.
Hal itu menyebabkan talud setinggi 30 meter dan lebar 8 meter di Cinde Raya Timur Semarang jebol. Tepatnya di perbatasan RT 6-RT 13 RW 6, Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Senin (26/12). Longsor di Cinde Raya Timur Semarang terjadi pada pukul 21.45.
Talud jebol menimpa tiga rumah warga milik Supono, Teguh, dan Slamet. Bahkan menimpa satu mobil Karimun yang kebetulan lewat di sekitar jalan tersebut.
“Beruntung para penghuni rumah selamat, longsor tanah akibat talud jebol hanya menimpa teras rumah warga,” kata salah satu warga RT 13 RW 6 Jomblang, Didik Waspodo, 65, kepada RADARSEMARANG.COM.
Menurutnya, talud tersebut terbilang masih baru. Mungkin karena tanah urugan dan terkena hujan terus menerus, airnya meresap. Otomatis tanahnya tidak kuat menahan talud sehingga longsor.
“Kami berharap, talud segera diperbaiki karena akhir-akhir ini cuaca sedang kurang bersahabat. Sering terjadi hujan lebat. Takutnya terjadi hal yang sama lagi,” katanya.
Lurah Jomblang, Henry Nur Cahyo menuturkan longsor di wilayahnya berasal dari talud yang baru selesai dibangun satu tahun lalu. Dikarenakan tanahnya belum kuat, akhirnya jebol setelah terkena hujan yang terus menerus.
“Ada dua tahap pembangunan talud. Sebetulnya kami sudah melakukan pengecoran tanah di atasnya, tapi tetap saja jebol,” ucapnya.
Sedangkan mobil yang tertimpa longsor, kata Henry, kebetulan lewat yang mengangkut satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan satu anaknya.
“Untuk ayahnya sudah dibawa ke Rumah Sakit Elizabeth. Bersyukur tidak ada korban jiwa,” katanya.
Terkait tiga rumah yang tertimpa talud longsor, Henry langsung berkoordinasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.
“Semalam BPBD sudah membantu dengan karung sebagai talud sementara. Kemudian paket-paket sembako juga sudah diberikan kepada warga terdampak,” katanya.
Dari pantuan koran RADARSEMARANG.COM, ratusan warga RT 6 dan RT 13 RW 6 Jomblang bersama Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang bahu membahu bergotong royong membersihkan puing-puing longsor. Termasuk mengangkut pepohonan yang tumbang.
Selain longsor, hujan deras yang disertai angin kencang juga menumbangkan satu pohon di Jalan Garuda tumbang. Tragisnya turut merobohkan bangunan cagar budaya di Kota Lama.
Sub Koordinator Destinasi Wisata Disbudpar Kota Semarang Haris Setyo Yunanto menjelaskan, ambrolnya sebagian tembok yang berada di sisi timur bangunan disebabkan pohon beringin yang tumbuh di pagar bangunan dengan akar yang membalut pagar.
“Tadi malam kami melakukan pembersihan pepohonannya, lalu dilanjutkan pagi ini,” katanya.
Selain longsor dan pohon tumbang, hujan deras juga menyebabkan kawasan Pasar Johar Baru di basement Aloon-Aloon Semarang yang digunakan sebagai lapak pedagang, juga sempat tergenang air Senin petang (26/12) kemarin. Meski ketinggian air hanya semata kaki, para pedagang sempat dibuat panik dan memilih mengamankan barang dagangannya.
Ketua Paguyuban Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Johar Surahman mengatakan, air masuk ke lantai dasar sekitar pukul 18.00 lebih. Meski ketinggian air semata kaki orang dewasa, sempat merendam sisi utara dan tengah.
“Air masuk dari tangga yang ada di beberapa titik Pasar Johar. Yang paling parah di Johar sisi utara dan tengah,” katanya saat dikonfirmasi Senin (26/12) malam.
Meskipun saat ini kawasan Johar sudah pulih, menurut Surahman para pedagang tetap khawatir karena ucrah hujan masih tinggi. “Kawasan ini ditempati oleh pedagang pakaian. Dagangan mereka ada yang terkena air,” tuturnya.
Drainase yang tertutup sampah, diduga menjadi salah satu penyebab saluran air kerap meluap hingga menggenangi aloon-aloon dan Kawasan Johar. Bahkan jalan di sekitar aloon-aloon mengalami kerusakan karena tersapu air.
Menurutnya, jika saluran air di wilayah Kranggan meluap, air akan mengarah ke kawasan Pasar Johar. Termasuk saluran air di Kanjengan kerap meluap sehingga air berkumpul di kawasan Johar dan sekitarnya.
“Ini sudah beberapa kali, tiap saat hujan deras genangan air selalu memenuhi Jalan Aloon-Aloon Barat. Bahkan Pasar Johar sampai kemasukan air,” jelas Iman satu di antara warga kawasan Pasar Johar.
Tak hanya itu, banjir juga terjadi di beberapa wilayah di Genuk, di antaranya Muktiharjo Kidul, Tlogosari, dan Gebang Anom. Padahal dua rumah pompa milik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali – Juana berfungsi dengan baik.
Plt Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang Iswar Aminuddin, Waka Polrestabes Semarang, Yuswanto Ardi dan sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) turun langsung memastikan penyebab banjir, Selasa (27/12) siang.
Mbak Ita –sapaan akrab Plt Wali Kota- mendatangi Rumah Pompa Kali Tenggang dan Rumah Pompa Kali Sringin sekitar pukul 12.54, Selasa (27/12). Ternyata pompanya berjalan normal.
“Tadi kami cek rumah pompa, karena ada laporan bahwa di wilayah Genuk, Muktiharjo Kidul, Tlogosari, dan Gebang Anom terjadi banjir, “kata Ita di sela-sela peninjauan rumah pompa dan lokasi banjir, Selasa (27/12).
Mbak Ita juga menemukan penyambungan jalan masuk (PJM) yang diduga menjadi penyebab banjir karena menyumbat saluran air. Bahkan ada temuan, PJM dipasang beton permanen dan digunakan sebagai lahan parkir para pelaku usaha.
“Ternyata ada beberapa wilayah yang PJM-nya menumpuk. Sehingga aliran airnya agak susah ditarik dengan pompa,” jelasnya.
Mbak Ita pun melakukan upaya persuasif kepada pemilik usaha atau pemilik rumah yang pembangunan PJM-nya menyalahi aturan. Beberapa kali Mbak Ita bertemu dengan pemilik usaha, agar PJM tersebut dibongkar demi kepentingan masyarakat banyak dan pengentasan banjir di Kota Semarang.
“Bersyukur, pemilik usaha dan bangunan kooperatif. Nanti kami tindak lanjuti untuk menentukan tanggal pembongkaran agar banjir ini bisa diatasi,” paparnya.
Sementara itu, salah satu pemilik rumah yang dianggap memiliki PJM menyalahi aturan mengaku siap melakukan pembongkaran.
“Saya siap, karena kalau ada genangan ya tidak ada orang yang mampir atau berhenti di sini. Tapi saya minta, minimal kami dibantu dalam membangun PJM lagi,” pintanya.
Mbak Ita juga meninjau banjir ke wilayah Gebangsai dan saluran air yang menghubungkan antara Sungai Tenggang dan Sungai Sringin. Karena genangan masih tinggi, Pemkot menyediakan pompa portable untuk mengeringkan wilayah Gebangsari.
“Air di Gebangsari ini langsung ditarik ke Kali Sringin dengan pompa. Karena di Kali Tenggang menanggung beban dari Muktiharjo Kidul dan Kalicari. Ini kami arahkan sebagian air masuk ke Sringin agar cepat surut,” pungkasnya.
Terkait banjir di Pasar Johar, Mbak Ita telah berkoordinasi dengan Dinas Penataan Ruang (Distaru). Penyebab banjir ini lantaran basement atau lantai bawah di Pasar Johar awalnya adalah tempat parkir kendaraan.
“Sebenarnya sudah dioperasikan pompa. Tapi karena curah hujan tinggi, pompa air tidak bisa langsung mengeluarkan air dari basement,” terangnya.
Menurut Mbak Ita, saat ini Johar sudah mulai pulih, pihaknya telah meminta Dinas Perdagangan untuk melakukan pengecekan. Agar kejadian serupa tidak terulang, Mbak Ita mengaku pompa air dan saluran akan lebih dioptimalkan, mengingat hujan masih akan melanda Kota Semarang.
“Masyarakat kami imbau untuk tidak membuang sampah sembarangan. Kalau saluran dan pompa air tersumbat sampah, yang dirugikan masyarakat juga,” pintanya. (fgr/den/ida)