RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pemerintah Kelurahan Karangtempel, Kecamatan Semarang Timur, menggelar slup-slupan boyongan atau pindahan kantor dengan perpaduan tiga adat. Pindahan ini dilakukan di kantor kelurahan sementara menuju ke kantor kelurahan yang sudah direnovasi, Sabtu (3/12).
Ratusan warga Karang Tempel berbaris mengenakan baju adat Jawa dengan membawa perabotan pindahan, seperti tikar, mug beras, kendi berisi air, bantal, tanaman tebu, sapu lidi, dan lentera.
Pihak kelurahan bersama warga didampingi oleh para ketua RW berpamitan dengan pemilik rumah, kemudian kirab yang diiringi oleh barongsai. Setelah sampai di kelurahan, disambut dengan rebana dan prosesi slup-slupan menggunakan adat Jawa.
Mereka diiringi oleh dua barongsai dan suara tabuhan khasnya. Berjalan sepanjang 1 kilometer dari Jalan Hawa IV nomor 2 yang dulunya rumah Ariawan menuju ke Jalan Hawa Raya nomor 9 disambut oleh tabuhan rebana. Kemudian dilanjutkan prosesi adat Jawa menyiram tanaman, membersihkan lantai dengan sapu lidi, dan memecahkan kendi tersebut, dilanjut dengan sambutan-sambutan dan doa bersama.
Lurah Karangtempel, Suharyati menjelaskan, pihaknya pindah selama dua tahun ketika ada renovasi kantor Kelurahan. “Banyak yang rusak. Karena itu pemerintah menganggarkan untuk direnovasi,” katanya.
Dipilihnya adat Jawa sebagai tradisi karena pihaknya ingin menguri-uri budaya Jawa. “Supaya generasi muda tahu, adat Jawa ini kaya sekali akan filosofi dan ada manfaatnya. Sehingga dapat diteruskan,” katanya.
Luasnya 200 meter persegi. Fasilitas yang diperbaiki berupa bangunan dua lantai, rumah dinas, pavingisasi halaman, sekretariat lembaga, dan pelayanan. “Kami berharap warga merasa puas terhadap pelayanan pemerintah. Karena dengan suasana yang nyaman ini membuat warga puas. Di depan ini, kami sedang membangun Pos Linmas dan Pos Bhabinkamtibmas,” jelasnya.
Pemilik rumah, Ariawan, mengungkapkan kantor kelurahan sedang tahap renovasi, karena bangunan lama mulai rusak dan kurang update. “Kelurahan mencari tempat baru, rumah kami ini tidak terpakai sehingga kelurahan dapat melayani dengan baik. Daripada kosong, mending terpakai untuk pelayanan warga,” katanya.
Camat Semarang Timur Kusnandir menjelaskan, warga membawa tebu dengan artian antep ing kalbu atau ketenangan batin harus diutamakan dengan ilmu agama dan pengetahuan. Lentera sebagai penerangan untuk menata hari esok dengan arah yang benar.
Tikar merupakan alas atau landasan kebutuhan dasar ketika membangun tempat tinggal. “Dan air di dalam kendi ini untuk menyejukkan,” jelasnya.
Adanya gedung baru ini, ia berharap memberikan fasilitas yang lengkap sehingga pelayanan kepada masyarakat merasa nyaman. “Tempatnya luas, bersih, ber-AC, sehingga kecepatan, ketepatan, dan kenyamanan ini untuk warga,” katanya.
Diakuinya, ada tiga kantor kelurahan di Semarang Timur butuh direnovasi. Seperti Kelurahan Kemijen, Kelurahan Rejosari, dan Kelurahan Karangturi. “Kantor Kelurahan Kemijen dan Karangturi ini mengalami kendala karena lahannya sempit. Kalau Rejosari luas. Harapannya bisa segera dibangun untuk memberikan kenyamanan di Semarang Timur,” katanya. (fgr/ida)