RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kepadatan kendaraan di Kota Semarang kerap membuat kemacetan di jam-jam padat, seperti pagi dan sore hari. Pasalnya, pertumbuhan kendaraan di Ibu Kota Jateng ini tidak sebanding dengan pembangunan jalan. Sehingga ke depan diprediksi akan seperti Jakarta ataupun Surabaya yang selalu diwarnai kemacetan.
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang telah melakukan analisa berdasarkan perhitungan Volume, Capacity, Ratio (VCR) untuk menghitung persentase kinerja jalan dengan kepadatannya.
Analisa tersebut dilakukan sejak 2017 hingga 2022, dan fokus pada 20 ruas jalan yang ada di Kota Semarang. Hasilnya, pertumbuhan kendaraan tak sebanding dengan kinerja jalan yang ada di Kota Semarang.
“Analisa ini kita lakukan di 20 ruas jalan, di antaranya Jalan Ahmad Yani, Jalan Pamularsih, Jalan Dr Soetomo, Jalan Gajahmada, Jalan Imam Bonjol, dan jalan Jenderal Sudirman,” kata Kepala Dinas Perhubungan Endro P Martanto, Kamis (1/12).
Menurutnya, ada beberapa persentase kepadatan rendah. Di antaranya, Jalan Gajahmada dengan persentase VCR 0,67 persen dan Jalan Imam Bonjol dengan kepadatan 0,43 persen. Sementara ambang batas kepadatan jalan berada di angka 0,75 persen.
“Lebih dari ini bisa dibilang over, apalagi jika mendekati 1 persen, kendaraan tidak lagi di jalan raya, namun juga memenuhi trotoar,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Dikatakan, persentase kepadatan jalan saat ini terus meningkat, sebut saja Jalan Ahmad Yani pada 2017 persentase kepadatan hanya 0,65, namun pada 2022 kepadatan di jalan ini naik 0,07 persen menjadi 0,72 persen.
“Di Jalan Brigjend Sudiarto hampir mendekati 1 persen. Lalu Jalan Dr Soetomo juga tinggi di angka 0,76 persen, dan Jalan Pandanaran sudah mendekati 0,75 persen atau diambang batas kepadatan,” terangnya
Sementara kondisi jalan nasional, seperti Jalan Kaligawe, memiliki persentase kepadatan di atas 0,90 persen. Lebih parahnya, terkadang jalan ini diterjang banjir dan rob.
Jika persentase kepadatan jalan terus meningkat, menurutnya, akan membuat risiko kecelakaan di jalan raya semakin tinggi. “Kondisi tersebut disebabkan tingginya pengguna kendaraan pribadi dibanding transportasi umum,” katanya.
Kepadatan kendaraan juga disumbang warga dari luar Semarang yang bekerja di Kota Lunpia. Apalagi mereka menggunakan kendaraan pribadi untuk berangkat dan pulang bekerja.
Dari sisi antisipasi, lanjut dia, Dishub melakukan langkah untuk mengurangi kepadatan dengan memberlakukan manajemen lalulintas, seperti penerapan jalan satu arah.
“Pemkot juga membuat peningkatan ruas jalan. Selain itu, juga rencana untuk memaksimalkan transportasi umum,” tandasnya. (den/aro)