RADARSEMARANG.COM, Semarang – Cuaca ekstrem berpotensi terjadi di Kota Semarang, pada Oktober sampai November 2022. Bahkan BMKG Stasiun Klimatologi Semarang sudah mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap hujan lebat dan angin kencang, karena peralihan musim.
BPBD Kota Semarang pun mengeluarkan surat edaran untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem yang akan terjadi. Surat tersebut sudah disebarkan kepada 16 camat di Kota Semarang. Nantinya edaran ini akan diteruskan ke setiap kelurahan.
“Edaran itu diteruskan ke setiap kelurahan untuk mempersiapkan menghadapi musim hujan. Kegiatan kerja bakti membersihkan sampah di setiap saluran yang ada di pemukiman juga ada dalam edaran tersebut,” Sekretaris BPBD Kota Semarang Winarsono Minggu (16/10).
BPBD, kata dia, akan terus melakukan pantauan kondisi wilayah rawan banjir. Selain itu penambahan logistik dari anggaran perubahan 2022 telah disiapkan untuk antisipasi kebencanaan. Pihaknya telah menyiapkan posko kebencanaan, sarana, dan prasarana, untuk mengantisipasi adanya cuaca ekstrem.
“Persiapan untuk kegiatan gladi kebencanaan akan dilakukan awal November mendatang. Bagi masyarakat Kota Semarang yang membutuhkan bantuan kedaruratan saat terjadi bencana bisa menghubungi 112 dan 6730212,” tambahnya.
Sementara itu, di wilayah Mangkang dan sekitarnya early warning system (EWS) di Sungai Beringin ternyata dilepas sejak Agustus lalu karena adanya proses normalisasi yang dilakukan oleh BBWS Pemali-Juana.
“Untuk EWS di Sungai Beringin yakni di Wonosari dan Mangkang Wetan memang dilepas karena adanya normalisasi. Nanti kalau sudah selesai, akan dipasang lagi,” tambahnya.
Dicopotnya dua alat tersebut, otomatis sistem peringatan dini banjir di Sungai Beringin mengandalkan alat di wilayah yang lebih hulu lagi. Namun alat tersebut tidak bisa dipantau langsung melalui smartphone, lantaran alat tersebut jadul. “Bisa dimonitor, cuma tidak bisa dipantau lewat android,” katanya.
Ia menyebutkan, BPBD memiliki total 12 alat EWS yang terpasang di beberapa titik. Alat mayoritas dipasang untuk memantau aliran air sungai. Hanya satu alat yang dipasang untuk memantau longsor. Adapun lima alat EWS merupakan alat baru yang dapat dipantau secara langsung diaplikasi SiPantau.
Alat-alat itu dipasang di sepanjangan Daerah Aliran Sungai (DAS) Jatibarang, Mayangsari. DAS Pudakpayung-Tugu Soeharto. DAS Banjir Kanal Timur. Di aplikasi terpantau secara realtime kondisi aliran sungai tersebut. “Iya bisa kami pantau selama 24 jam,” jelasnya.
Pihaknya juga berencana melakukan penambahan alat EWS di 10 titik meliputi tujuh titik banjir dan tiga longsor. “Idealnya setiap saluran ada EWS sehingga masyarakat bisa mengetahui rawan bencana baik banjir maupun longsor,” tuturnya.
Sementara itu, warga yang tinggal dekat aliran Sungai Beringin merasa ketar-ketir adanya banjir susulan. Apalagi EWS di Sungai Beringin ternyata diambil akibat masih adanya pengerjaan proyek normalisasi. Akhirnya warga melakukan pengawasan aliran sungai dengan cara manual yakni pengamatan secara langsung dari posko Kelompok Siaga Bencana (KSB).
“Iya, informasinya alat diambil, CCTV-nya juga tidak bisa dilihat. Jadi kita hanya bisa melakukan pemantauan secara manual,” ujar Ketua RW 7 Wonosari, Ngaliyan, Mashuda.
Mashuda menjelaskan, pihaknya juga melakukan komunikasi dengan teman-teman relawan di daerah hulu sehingga ketika ada kiriman banjir dapat diketahui lebih dini. Petugas KSB langsung memberitahukan ke warga jika ada kiriman banjir di Musala ataupun masjid. “Kalau ada informasi air bah, kita langsung umumkan di musala ataupun masjid. Selain itu, kita siapkan alat pukul berupa kentongan dan lainnya,” pungkasnya. (den/ida)