RADARSEMARANG.COM, Semarang – Ratusan mahasiswa dan buruh kembali menggelar aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di depan kantor Gubernuran Jalan Pahlawan, Selasa (6/9). Meski sempat ricuh dengan melempar botol bekas ke arah kantor gubernuran, demo berakhir dengan berjoget bersama dan bersalawat.
Pantauan koran ini massa dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dengan pakaian serba hitam dan merah ini, datang mengendari sepeda motor pukul 13.30 WIB. Setelah itu 30 menit kemudian massa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menyusul. Secara bersamaan kedua kubu ini melaksanakan orasi. Berbeda dengan aksi demo lainnya. Di sela menyampaikan orasi, perwakilan buruh juga asik berjoget bersama dengan alunan musik metal serta menyalakan flare untuk membakar semangat.
Sekretaris Daerah Jawa Tengah Sumarno yang datang menemui mahasiswa mengaku mengapresiasi aksi penolakan kenaikan BBM ini sebagai wujud negara demokrasi.
“Kami dari Pemprov Jateng tentunya akan meneruskan aspirasi dari adik-adik ke pemerintah pusat,” jelasnya usai menandatangani tuntutan dari PMII.
Koordinator Aksi Muhammad Farhan Adi Wirahman mengaku membawa 600 massa dari cabang PMII Kota Semarang. “Masyarakat menengah ke bawah sangat merasakan dampak dari kenaikan BBM ini,” ungkapnya.
Tuntutan yang dibawa tak lain adalah menolak kenaikan BBM, menunda pengesahan RKUHP dengan mengevaluasi dan mengkaji ulang pasal-pasal yang akan ditetapkan.
Sementara perwakilan dari buruh oleh Sekretaris Perda KSPI Jawa Tengah Aulia Hakim mengatakan, kenaikan BBM merupakan hak yang tidak wajar di tengah turunnya harga minyak dunia. Menurutnya pemerintah terkesan mencari untung di tengah kesulitan rakyat.
“Terkait bantuan subsidi upah Rp 150 ribu selama empat bulan untuk para buruh ini hanya pemanis agar kami tidak protes. Tidak mungkin uang itu bisa menutupi kenaikan harga akibat inflasi yang meroket,” akunya.
Terlebih, perbandingan antara kenaikan upah buruh dengan kenaikan BBM sangat jauh. Persentase kenaikan harga BBM mencapai 30 persen, namun kenaikan UMK di Tahun 2022 hanya sekitar 1 persen.
Para demonstran dari kelompok mahasiswa ini meninggalkan kantor gubernur pukul 16.10 WIB. Sementara dari KSPI baru meninggalkan kantor DPRD Jateng pukul 16.30 setelah melakukan audiensi dengan DPRD. (kap/zal)