RADARSEMARANG.COM, Semarang – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, Sabtu (3/9), berkunjung ke Kota Semarang. Agendanya pun cukup padat mulai dari mengisi kuliah umum di Universitas Semarang serta Ngopi Bareng untuk mendengarkan keluh kesah masyarakat.
Kegiatan Ngopi bareng Menko Polhukam ini berlangsung di Restoran Pesta Keboen, Jalan Veteran Semarang. Diikuti oleh beberapa kalangan. Mulai dari mahasiswa, atlet, komunitas penggiat perdamaian seni dan literasi, denok kenang, dan jurnalis. RADARSEMARANG.COM merupakan satu-satunya media cetak yang diundang khusus untuk berbincang dengan Mahfud. Hadir pula Ghea Ivana Kusuma Rachman, atlet sepatu roda peraih medali emas PON yang bonusnya dipotong 50 persen oleh pengurus cabang olahraga.
Mereka berdiskusi, mengobrol dengan santai mengenai isu-isu yang ada di lingkungan sekitar baik lokal dan nasional yang sedang gencar di telinga masyarakat. Seperti kenaikan BBM, kasus Ferdy Sambo di kepolisian, masalah hak atas kekayaan intelektual (HAKI) di bidang kesenian, serta menggencarkan literasi pada masyarakat terutama lansia.
Mahfud mengatakan, masyarakat Indonesia harus bersyukur bisa hidup tenang tanpa adanya peperangan saat ini. Semua orang bisa melakukan apapun asalkan niat dan mau berusaha. Seperti Mahfud yang dulunya bercita-cita menjadi dosen, hakim, menteri, bisa tercapai dengan kerja kerasnya. “Semua masyarakat ini sebenarnya mampu menggapai mimpinya, asalkan mau berusaha. Dulu saya kepingin jadi hakim, sudah merasakan jadi hakim, kepingin duduk di kursi kabinet, saya sekarang bisa duduk di kursi tersebut,” jelas Mahfud di sela-sela diskusi.
Di tengah-tengah kegiatan, seorang peserta bertanya tentang bagaimana cara menjadi seorang politikus yang bersih. Mahfud pun menjelaskan bahwa politik bisa berarti kebijakan, bisa juga berarti pertarungan kepentingan. Menurutnya politik harus diimbangi dengan hukum yang bagus.
“Kalau ikut berkiprah ke politik untuk negara hanya satu yang diwariskan oleh nenek moyang yakni merah putih. Di dalam tradisi yang masih kental di daerah ada yang namanya bubur merah putih, ini melambangkan rasa syukur untuk mencari barokah,” tambahnya.
Di sisi lain Mahfud juga menyinggung kasus Ferdy Sambo yang cukup membuat masyarakat geram terhadap kepolisian. Mahfud menjelaskan polisi ini harus didukung. Karena yang mendapatkan kasus tersebut adalah jenderal mereka. Sementara mereka berani unuk mengungkapnya. Meski citra kepolisian sempat menurun karena kasus ini. Mahfud berharap kepada masyarakat untuk tetap mempercayai Polri.
Dosen FISIP Undip Lintang Ratri Rahmiadji bertanya mengenai literasi digital. Khususnya mengenai gencarnya pelaksanaan literasi digital yang menyangkut mengenai ujaran kebencian, terutama di media sosial menjelang Pemilu 2024. “Ini menjadi dilema. Mereka bisa mengatakan apapun termasuk ujaran kebencian ini, dengan embel-embel negara demokrasi yang bebas mengeluarkan pendapat,” kata Lintang.
Menurut Mahfud, dari kebebasan mengeluarkan pendapat ini, masyarakat diberikan payung hukum juga. Sehingga masyarakat tidak asal memberikan komentar yang tidak baik. Khususnya menjelang Pemilu 2024 yang menurutnya sangat mungkin terjadi.
Sebelum Ngopi Bareng, Mahfud mengisi kegiatan kuliah umum di Gelora Prof Sudiarto, Universitas Semarang (USM). Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid yang diikuti oleh 4388 mahasiswa baru. Tema yang diangkat adalah Wawasan Kebangsaan bagi Generasi Muda. Ia juga mengisi kuliah umum yang digelar oleh Prodi Magister Hukum USM di ruang Conference Gedung Menara USM Prof Dr Muladi. (kap/ton)