RADARSEMARANG.COM, Semarang – Bambang, salah satu warga Semarang, sangat kagum dengan pameran keris dan benda pusaka yang dipamerkan di Monod Diephuis Kota Lama. Ia menjadi kolektor benda-benda pusaka sejak empat tahun yang lalu.
“Benda ini merupakan peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan. Ketimbang dibuang ke laut atau dijual keluar negeri, mending saya simpan,” ujarnya saat ditemui RADARSEMARANG.COM saat bersama istrinya menikmati Pameran dan Bursa Tosan Aji se-Nusantara yang diselenggarakan oleh Pecinta Tosan Aji (Peta Semar).
Dalam pameran tersebut, ia berharap pameran keris dan tosan aji dilakukan di tempat yang lebih luas agar peserta dan pengunjungnya lebih banyak. “Saya sangat terkesan pameran seperti ini. Saya membeli tombak dan keris Bugis,” ujarnya sambil memperlihatkan keris yang baru saja dia beli.
Ketua Panitia Pameran dan Bursa Tosan Aji, Adwi Sujatmiko -atau yang akrab disapa Demang Banyu- menjelaskan, pameran ini seharusnya dilaksanakan setiap tahun. Namun karena terhalang pandemi Covid-19, baru terlaksana tahun 2022 ini.
Pameran kali ini digelar selama tiga hari, 22 hingga 24 Agustus 2022. Pembukaan pameran dimeriahkan dengan kirab budaya. Tujuan pameran ini untuk mengedukasi masyarakat, terutama kaum muda di Semarang agar melestarikan tosan aji.
“Kalau anak-anak muda kan takut sama keris, pedang, tombak, dan tosan aji lainnya. Kami mengedukasi mereka. Apalagi pembuatannya alat ini kan sulit. Ini warisan budaya yang indah,” ujarnya.
Pameran ini dihadiri oleh peserta se-Nusantara, dari Malang, Trenggalek, Tegal, Surabaya, Jakarta, Madiun, Solo, Jogja, dan di berbagai kota lainnya. Ada 10 tempat atau pitrin di lantai bawah dan lebih dari 80 peserta di lantai atas. “Pitrin ini kan tempat yang bisa mencakup lima keris atau pusaka tosan aji. Tosan aji itu kan besi yang dilestarikan seperti tombak, keris, pedang,” jelasnya.
Pecinta Tosan Aji Semarang (Peta Semar) merupakan perkumpulan pemuda di Kota Semarang yang ingin melestarikan budaya maupun benda-benda pusaka tosan aji. Komunitas ini dibentuk pada tahun 2017.
Salah satu peserta bursa dari Paguyuban Patra Ganesa Slawi Tegal, Budi Susanto, menyatakan, kegiatan tersebut merupakan komitmen melestarikan budaya. Bahkan mempererat tali silaturrahmi tosan aji. Ia membawa lebih dari 20 pusaka tosan aji yang terdiri atas keris, tombak, dan pedang. Dengan harga kisaran Rp 1,5 juta hingga Rp 24 juta.
“Harga mahal karena kriteria pusakanya. Perlu diketahui, pusaka yang baik digarap di waktu yang baik, digarap empu yang baik. Yang paling tua, saya bawa yang sangat primitif atau pusaka tindih di zaman Singosari,” jelasnya. (fgr/ida)