RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kali pertama gelar downhill dengan rute perkampungan di Kelurahan Bendungan, Kecamatan Gajahmungkur, Sabtu (13/8). Bendungan Urban Downhill yang melalui rute sepanjang 930 meter ini juga yang pertama di Indonesia. Rencananya digelar dua hari sampai Minggu (14/8).
Event nasional ini diikuti ratusan peserta dari berbagai penjuru kota di Indonesia seperti Malang, Jakarta, Bali, Sulawesi, hingga Medan. Pembalap mendapat tantangan tidak hanya menyusuri jalan aspal, panitia juga menyediakan rute melalui kandang kambing, bahkan masuk ke rumah-rumah penduduk. “Ada jalur historis zaman Belanda. Bahkan ada MCK umum. Makanya dilewatkan itu semua itu,” kata Penanggung Jawab Event, Andreas Indil.
Meski ini memberikan tantangan baru, peserta sudah terbiasa dengan medan dan obstacle yang sulit, sehingga tidak menjadi soal. Mereka tetap mengenakan baju khusus, lengkap dengan helm, kaos tangan, sepatu, sehingga cukup safety.
Sebab ada empat rute yang cukup ekstrim. “Pembalap pasti tahu risikonya, tapi semuanya sudah kami antisipasi titik-titik tersebut dengan pengamanan dan tim kesehatan,” kata dia.
Dari pantauan wartawan koran ini, para pembalap memulai track dari Kedai Kopi Oma. Di jalur utama itu, pembalap langsung disuguhi dengan beberapa tangga. Kemudian turun ke pemukiman warga dengan jalan yang cukup miring, dan sebagian datar. Beberapa jalan sangat sempit, lebarnya kira-kira satu meter. Di sisi sampingnya sudah atap rumah warga. Jalur itu hanya dibatasi dengan pagar dari bambu. Tidak hanya jalan aspal, cor, tangga, namun juga genteng, hingga track buatan.
Di track lain, harus masuk melewati teras rumah, rumah kosong, bahkan ke kandang kambing. Selain jalan yang naik turun, pembalap mesti melewati kelokan tajam. Dari semua rute, panitia sudah memasang garis pembatas. Supaya keamanan bagi pembalap maupun warga yang menonton terjaga.
Camat Gajahmungkur Ade Bhakti menuturkan, dalam menentukan rute harus melalui 27 kali pertemuan. Karena harus melewati rumah warga, rumah kosong, kandang kambing, dan harus menutup jalan. “Akhirnya berdasarkan hasil musyawarah semua setuju,” kata Ade di sela kegiatan Sabtu (13/8).
Ia berharap kegiatan seperti ini dilakukan rutin minimal setahun satu kali. Kelurahan Bendungan dan Lempongsari yang terkenal wilayah rawan, rawan longsor, tebing yang tinggi, bisa menjadi tempat yang menarik untuk acara. “Masih ada beberapa titik yang kami tata ulang menjadi tempat yang menarik,” imbuhnya.
Dengan adanya kegiatan ini, turut mendongkrak pereekonomian warga. Banyak hotel yang digunakan mereka untuk menginap. Warung-warung dan pelaku UMKM bisa mendapatkan manfaat dan terlibat dalam event ini.
Salah satu peserta asal Jepara, Bagus Prasetya mengatakan, rute yang disediakan cukup ekstrim dari biasanya. Umumnya melewati alam terbuka, kini lewat aspal, cor, bahkan genteng. Namun, dengan begitu para pembalap justru lebih tertantang. “Menarik dan menantang. Kalau yang tersulit obstacle di tangga ada belokannya sempit,” kata pria 28 tahun ini. (ifa/mg9/mg12/ida)