RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pancasila sebagai dasar negara saat ini terus digelorakan agar nilai-nilai di dalamnya bisa terserap dan abadi. Jika tidak, tentu perpecahan bangsa bisa terjadi kapan saja. Hal inilah yang menjadi alasan dibentuknya Kampung Pancasila di Kota Semarang yang sudah tersebar di 16 kecamatan.
Menurut Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Kota Semarang adalah minatur Indonesia, di mana banyak suku, ras, dan agama, namun bisa tetap guyub dan rukun. Tentu keguyuban ini harus dipelihara agar tidak ada lagi perpecahan. Misalnya, tawuran antarkampung dan lainnya karena adanya tenggang rasa.
“Kalau tidak guyub, ibarat balapan kita malah mundur. Nah membangun Kota Semarang ini harus ada tenggang rasa antartetangga,” tutur wali kota yang akrab disapa Hendi ini saat menjadi narasumber utama Dialog Kebangsaan bertema Membumikan Pancasila Melalui Kampung Pancasila di Kota Semarang yang digelar Pemkot Semarang dan RADARSEMARANG.COM di Hotel Noormans, Selasa (28/6).
Hendi menjelaskan, Kampung Pancasila berbeda dengan kampung tematik yang sebelumnya sudah ada. Misalnya, Kampung Pelangi, Kampung Batik, dan lainnya. Menurut dia, kampug tematik lebih pada gerakan meningkatkan perekonomian masyarakat yang di dalamnya ada nilai-nilai Pancasila yang tertanam.
“Misalnya rembugan dan gotong royong. Ini terbukti saat dibuat Kampung Pelangi, karena semua guyub mulai dari masyarakat, pemerintah, dan swasta. Untuk Kampung Pancasila, lebih ke membumikan bangsa yang harus dibangkitkan lagi,” jelasnya.

Hendi menegaskan, membumikan Pancasila harus dilakukan bersama-sama sebagai dasar negara sudah dirumuskan setelah Indonesia merdeka. Namun masyarakat harus selalu diingatkan dengan kegiatan seperti dialog kebangsaan ini. “Kita saat ini punya Kampung Pancasila di 16 kecamatan, tapi ke depan perlu dikembangkan di masing-masing kelurahan,” katanya.
Akademisi Fakultas Ilmu Budaya Undip Semarang sekaligus penggiat kajian Pancasila Dr Indriyanto SH MHum yang menjadi narasumber kedua menjelaskan, jika dibentuknya Kampung Pancasila ini harus dipahami dan mendarah daging untuk menanamkan nilai-nilai yang ada di sana, khususnya kepada generasi muda dan anak-anak sejak dini. “Semua sila yang ada mengatur kehidupan kita sehari-hari, dan perlu digelorakan. Karena sekarang mulai terkikis dan hilang,” ujarnya.
Ia mencontohkan, banyak bangsa yang jatidirinya hilang, sehingga terpecah-pecah. Jika Pancasila dan nilainya bisa lestari dan diresapi anak bangsa, maka Indonesia akan menjadi bangsa yang besar. “Pancasila adalah jiwa kita. Kita harus berupaya agar ini dilestarikan sampai kiamat,” tegasnya.
Narasumber dari unsur pers, Baehaqi, mengatakan, saat ini Kota Semarang semakin baik dan nyaman, sehingga banyak orang tertarik tinggal di Semarang. Karena Semarang semakin maju, dan ekonominya berkembang. Akibatnya, penduduk Ibu Kota Jawa tengah ini semakin heterogen. Berasal dari suku, bahasa, dan agama yang berbeda. Nah, di sinilah bisa muncul konflik. Apalagi hidup di perkotaan selama ini antarwarga terkesan cuek.
“Bisa jadi akan muncul aliran radikalisme bersembunyi di kota, karena masyarakatnya cuek, acuh, dan individualisme. Bisa jadi, gara-gara perbedaan politik, warga jadi berantem,” katanya.
Menurut dia, menjadi penting adanya penanaman nilai Pancasila, kegotong royongan, dan religius lewat Kampung Pancasila. “Makanya saat lomba Kampung Hebat yang kami gelar bersama Pemkot Semarang ada kategori Kampung Pancasila,” kata Direktur RADARSEMARANG.COM dan Radar Kudus ini. “Jadi, lomba Kampung Hebat ini merupakan embrio dari Kampung Pancasila yang terus dikembangkan,” tambahnya.
Tokoh masyarakat RW 4 Mangunharjo, Tembalang, Hendro Kelono, menjelaskan, kampungnya meraih juara 1 katagori Kampung Pancasila yang diadakan RADARSEMARANG.COM pada Kampung Hebat 2019, serta juara I Kampung Toleransi pada Kampung Hebat 2017.
Diakui, Kampung Pancasila RW 4 Mangunharjo sebenarnya bukan kampung istimewa dengan simbol dan lambang Pancasila. “Namun kita sudah membumikan jiwa Pancasila dengan sedemikian rupa,” katanya.
Ahmad Robani dari Kampung Demokrasi Pancasila Genuksari menceritakan, pada 2018 ada hiruk pikuk Pilpres, pihaknya mempunyai gagasan menciptakan Kampung Demokrasi Pancasila. “Jumat, 12 April 2019, dideklarasikan Kampung Demokrasi Pancasila pertama se-Indonesia,” klaimnya.
Di kampungnya, ada 60 papan nama permanen. Sudah dikunjungi ketika Festival HAM lalu. “Kami pernah diundang ke Kodim. Akhirnya Pak Dandim dan Pak Wali mem-branding Kampung Pancasila se-Kota Semarang,” katanya bangga.
Dialog Kebangsaan yang dipandu Nina Iswan itu dihadiri sedikitnya 50 warga dan elemen masyarakat, termasuk mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Undip. Rekaman acara Dialog Kebangsaan ini bakal ditayangkan di Jawa Pos TV pada Kamis (30/6) pukul 20.00 di frekuensi digital 36 UHF. (den/fgr)