RADARSEMARANG.COM, Semarang – Ribuan motor berjajar di kanan kiri sepanjang jalan menuju Kawasan Lamicitra Pelabuhan Tanjung Emas Selasa (21/6) sore. Ini sisa-sisa banjir rob yang dirasakan bagi karyawan pabrik di Kawasan Lamicitra Pelabuhan Tanjung Emas, termasuk di wilayah Kelurahan Tanjungmas.
Santi, salah satu karyawan Kawasan Lamicitra mengaku, sejak adanya tanggul jebol tempo lalu, banyak karyawan yang memilih memarkirkan motor di bahu jalan. “Karena ini kan lebih tinggi daratannya. Di sana airnya masih menggenang, pada takut,” ujarnya.
Selain itu, koran ini mengamati sebuah motor karyawan dinaikkan oleh troli pabrik. Motor tersebut didorong oleh lima orang. “Kalau mendorong ini Rp 50 ribu mas, sekali angkut dari PT Glory,” ujar salah satu Karyawan PT Glory, Suep.
Suep mengaku baru kali ini ikut mendorong motor temannya. Karena masih ada genangan setinggi 50 sentimeter. “Tadi hampir satu kilometer, mas. Daripada di bengkel habis Rp 2 juta, mending diikutkan troli seperti ini,” jelasnya.
Melihat kondisi tersebut, pekerja pabrik di Kawasan Lamicitra mengaku resah. Selain uang gaji berkurang, mereka juga khawatir perusahaannya tempat bekerja berpindah lokasi.
Anita, salah satu pekerja pabrik garmen di kawasan Lamicitra mengaku aktivitas para pekerja sangat terganggu dengan adanya banjir rob. Banjir dua kali yang terjadi sangat parah, terlebih pada kejadian sebelumnya akibat tanggul jebol pada Senin (23/5) lalu. “Terus terang banjir ini sangat mengganggu. Tiap pulang kebanjiran, pakaian basah, cucian bertambah. Ini banjir lagi (Senin),” katanya.
Banjir rob yang kedua, terjadi pada Senin (20/) kemarin genangan air juga sama dengan bulan sebelumnya. Ketinggian air hampir mencapai satu meter atau sepinggang orang dewasa. Selain menggangu psikis, dampak banjir ini mengganggu aktivitas pulang kerja.
“Kalau terus-terus begini, takut kalau perusahaan berpindah ke lokasi di luar kota atau tempat lain. Terus kami kerja bagaimana. Kemarin pas banjir pertama yang parah, libur sampai tiga minggu,” jelasnya.
Sementara itu, di salah satu wilayah Tambaklorok, tepatnya di RT 6 RW 16 atau kampung relokasi dari Banjir Kanal Timur masih terdampak banjir. Kampung ini dihuni oleh 102 KK dan memiliki 97 unit rumah. “Kemarin masuk mas, padahal daerah sini sudah tinggi, malah masuk rumah setinggi lutut,” ujar ketua RT 6 RW 16, Rahmadi.
Rahmadi menambahkan, RW 16 termasuk wilayah yang terparah. Bahkan, sejak tanggul jebol tempo lalu, hingga sekarang wilayah ini masih terimbas dengan banjir. “Selalu ada genangan, bahkan lebih besar,” jelasnya.
Terlihat, tembok rumahnya dibendung dengan karung pasir. Aktivitas menjadi terganggu, perabotan rumah tangga, seperti kasur dan barang elektronik menjadi basah. Penghijauan banyak yang mati.
Kendati demikian, dia selalu mengamati pengalaman yang ada. “Biasanya banjir dimulai dari pukul 09.00 pagi hingga 15.00. Kemarin agak lama,” jelasnya.
Salah satu antisipasi banjir yakni peninggian jalan. Kendati demikian, banjir rob tidak mempengaruhi nelayan untuk melaut. “Kami berharap ada peninggian jalan,” jelasnya.
Genangan air di depan kawasan Lamicitra yang sehari sebelumnya tergenang air sudah surut. Meski ada genangan air, masih di kisaran 15 sampai 20 sentimeter. Banyak pemotor yang sudah berani melintas.
Menurut informasi yang diperoleh, genangan air di dalam kawasan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang akibat dari rob air laut yang melimpas diduga dari belakang Pelabuhan Tanjung Mas.
“Itu kan dermaga, tanggalnya rendah. Sedangkan gelombangnya lebih tinggi, akhirnya air melimpas keluar. Ini saya mantaunya ya dari depan terminal penumpang itu, kalau air naik ya disitu banjir dulu,” kata sumber yang enggan disebut namanya. (fgr/mha/ida)