30 C
Semarang
Friday, 18 April 2025

Hadapi Pesonas, 50 Siswa SLB Latihan Pencak Silat

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang Siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) mulai melakukan persiapan pembukaan Pekan Special Olympic Nasional (Pesonas) pada 4 Juli mendatang. Sedikitnya 50 siswa berkebutuhan khusus mendapatkan program latihan intensif bersama para pesilat dari Ikatan Pencak Silat Indonesia Kota Semarang (IPSI).

Dalam pantauan RADARSEMARANG.COM pada Rabu (15/6) kemarin, ada 50 siswa yang terdiri atas siswa tuna grahita dan para siswa tuna rungu SLB Negeri Semarang mengikuti latihan pencak silat.

“Nanti akan diikuti oleh 2000 atlet berkebutuhan khusus, 500 pelatih, dan 5000 relawan,” kata Pelatih Herdjoko didampingi oleh Nur Faqih dari IPSI Kota Semarang di sela latihan rutin.

Sebanyak 50 anak dari SLB Negeri Semarang dilatih pencak silat sejak satu bulan yang lalu. Dilatih menggunakan jurus tangan kosong dan senjata kipas. “Karena ini anak-anak luar biasa, maka lebih memilih senjata yang tidak berbahaya. Ini memiliki sisi keindahan,” ujarnya.

Diakuinya, melatih anak-anak berkebutuhan khusus harus penuh kesabaran. Ternyata mereka mampu dan bisa tampil luar biasa. “Ini adalah awal latihan pencak silat luar biasa secara masal. Ini menjadi bukti pencak silat mampu menjadi ekstrakurikuler di SLB,” katanya.

Dampak dari latihan pencak silat, imbuhnya, motorik siswa menjadi terasah. Bahkan, ada perubahan perilaku yang positif. “Kepercayaan dirinya muncul dan mau melaksanakan dengan baik,” jelas Faqih.

Menurutnya, awalnya event ini ditujukan untuk tuna grahita. Namun, di SLB ini ada kelulusan kelas 9. Pihaknya mencari anak yang ingin berlatih pencak silat. “Akhirnya, anak-anak tuna rungu diikutkan, karena mereka ada yang minat,” jelasnya.

Metode awal, sehari hingga dua hari mengajak para siswa menghafal dengan gerakan yang tidak terlalu banyak. Pesan kepala sekolah kepada IPSI, gerakan anak-anak berkebutuhan khusus jangan disamakan dengan anak normal. “Mereka bisa mengikuti tidak sempurna saja sudah bagus,” kata Nur Faqih.

Selain itu, ada tiga siswa yang mengalami tuna rungu menjadi komando dalam latihan. Pihaknya sangat terbantu. “Karena mereka yang paham bisa membantu teman-temannya,” katanya.

Diakuinya, melatih pencak silat di SLB merupakan pengalaman pertama. “Kkami bangga, mereka ternyata bisa seperti anak-anak lainnya. Kami baru benar-benar merasa jadi pelatih pencak silat ketika melatih anak-anak luar biasa. Inilah menjadi pelatih sebenarnya,” ungkapnya. (fgr/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya