RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pimpinan Ponpes Ora Aji Sleman, Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburahman atau akrab disapa Gus Miftah menyoroti kasus inteloransi di sejumlah platform media sosial Instagram, Youtube, Twitter, Facebook, dan lainnya. Mirisnya, para netizen ini saling menghujat.
Bahkan, narasinya kerap menyindir soal agama, suku, ras, namun dijadikan lelucon. Hal itu, kata dia, dilandasi oleh lemahnya pemahaman tentang kebhinnekaan. Tentu hal ini jika dibiarkan menyebabkan konflik horizontal yang bisa memecah belah persatuan bangsa.
“Indonesia merupakan negara Pancasila yang terdiri atas enam agama besar. Sayangnya, isu sensitif soal tokoh pemuka agama, malah tanpa diduga jadi trending topik,” katanya saat memberikan ceramah di Konser Kebangsaan dalam rangka Dies Natalis Unnes ke-57, Sabtu malam (11/6).
Gus Miftah berpesan agar para netizen di media sosial dapat bijak menggunakan sesuai etika berkomunikasi. Tujuannya tak lain agar tidak terjadi perpecahan atau intoleransi antaragama, suku ras, atau lainnya. “Jika kita bijak menggunakan sosial media, saling menghargai, bisa mencegah terjadinya perpecahan ataupun konflik yang berbau sara,” tuturnya.
Sementara itu, Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman mengatakan, Unnes merupakan miniatur kampus toleran, sehingga harus menjaga kerukunan antarumat beragama.
“Kami berharap, konser kebangsaan ini bisa mempererat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Ada 44 ribu mahasiswa berbagai suku bangsa yang beraneka. Jadi keberagaman di lingkungan kampus jangan luntur, kita perkokoh persatuan dengan saling menghargai dan menghormati perbedaan,” ujarnya. (den/ida)