RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kasus ambruknya wahana permainan Ontang-Anting di Pasar Malam Jolotundo, Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, terungkap. Robohnya wahana tersebut, diduga papan pancang besi yang dikaitkan dengan tanah mengalami jebol.
“Penyebabnya karena labilnya tanah di Jolotundo, habis hujan tanah. Akhirnya pancang yang dikaitkan dengan tanah ambrol, lalu wahana permainan ontang-anting itu ambruk,” ungkap Kapolsek Gayamsari, Kompol Hengky Prasetyo saat di Mapolrestabes Semarang, Senin (6/6) kemarin.
Peristiwa ini terjadi Jumat (3/6) sekitar pukul 20.45. Ketika terjadi, permainan tersebut di dalamnya terdapat delapan orang penumpang. Hengky juga menyebutkan, selain anak-anak, ada juga orang dewasa. Akibat ambruknya permainan ini, dua orang mengalami luka.
“Setelah kami periksa, itu bisa untuk orang dewasa, tidak hanya anak-anak. A00da izin pariwisata dan kelurahan hingga RT/RW. Ke kami hanya pemberitahuan saja,” bebernya.
Akibat musibah ini, dua orang mengalami luka, masing-masing bernama inisial KAD, 10, warga Tembalang, dan AF, 19, warga Kecamatan Genuk. Keduanya hanya mengalami luka lecet dan lebam pada bagian kaki. “Keluarga korban sudah menerima dan sudah ditemui pihak pengelola untuk diberikan ganti rugi kesehatan,” katanya.
Sekarang ini, lokasi tersebut telah dipasangi police line untuk penyelidikan lebih lanjut. Bahkan, tiga orang, warga Kecamatan Gayamsari juga diamankan untuk dilakukan pemeriksaan. Masing-masing, Sukasno, pemilik permainan, dan dua operator Ervan dan Suradi. “Sementara kami terapkan pasal 360 ayat 2, kelalaian yang mengakibatkan luka. Ini untuk efek jera,” tegasnya.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan, kasus ini diselesaikan dengan cara kekeluargaan dan tidak ada paksaan untuk jeratan pasal. Alasannya, kejadian ini tidak ada pasal yang memberatkan yang mengarah pidana.
“Kemungkinan juga diselesaikan restorative justice. Pihak keluarga yang mengalami luka juga tidak melakukan tuntutan. Lokasi itu sudah tiga kali dipakai, tapi tidak apa-apa dan baru kali ini,” tegasnya.
Sementara, pemilik permainan Ontang-Anting Sukasno mengatakan, sudah menjalankan bisnis ini selama 10 tahun. Menurutnya, baru kali ini mengalami musibah. “Setiap mau dipakai kami cek peralatan,” katanya.
Kesempatan sama, Ervan menjelaskan, permainan tersebut beroperasi mulai pukul 17.00 hingga 22.00. Tiket masuk penumpang dibandrol Rp 10 ribu. “Ketika itu goyah dan ambruk, saya langsung menolong semua penumpang. Mereka tidak ada yang lepas dari kursi. Penyebabnya ya tidak stabil karena tanahnya labil, kemudian saya matikan mesinnya,” pungkasnya. (mha/ida)