25 C
Semarang
Sunday, 11 May 2025

Dua Tanggul Jebol Penyebab Banjir Rob Semarang Belum Beres

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Dua dari tiga tanggul yang jebol di pesisir utara Kota Semarang masih menganga. Upaya membenahi tanggul menemui banyak kendala, terutama tanggul di kawasan industri Lamicitra Pelabuhan Tanjung Emas. Dua titik tanggul yang jebol di kawasan ini, baru satu yang dibenahi. Itu pun masih sebatas memasang trucuk bambu. Ratusan karung pasir yang ditimbun, belum mampu menutup tanggul jebol sepajang hampir 20 meter tersebut.

Sementara pekerja yang dikerahkan terbatas hingga merasa kelelahan.
Koran ini sempat mendatangi dua tanggul yang jebol di belakang pabrik Fujimatex dan di Lamicitra dengan menumpang perahu nelayan. Tanggul jebol di Fujimatex sama sekali belum tertangani. Sejumlah pekerja masih menumpuk karung pasir di tanggul sebelahnya. Air laut mengalir deras melewati tanggul yang jebol sepanjang 10 meter tersebut. Praktis, kawasan pabrik Fujimatex masih terendam air laut.
Penanganan tanggul jebol tampaknya sangat lamban. Apalagi tenaga yang dikerahkan sangat terbatas. Pagi kemarin, ada delapan perahu nelayan yang dikerahkan untuk mengangkut kantong pasir. Sekali angkut 20-25 kantong pasir.

Lama perjalanan ke lokasi tanggul jebol sekitar 20 menit. Namun menjelang siang, tinggal tiga perahu nelayan yang beroperasi, dengan pekerja sekitar 30 orang. Bahkan, sehari kemarin, setiap kapal hanya bolak-balik tiga kali. Sebab, sekitar pukul 14.00, gelombang laut mulai tinggi. Sehingga para pekerja tidak berani melaut.
“Ombaknya tinggi, Mas. Air pasang mulai datang. Kami tidak berani. Risikonya tinggi,” kata Apip, seorang nelayan yang dipekerjakan dalam penambalan tanggul jebol itu.

Sejumlah anggota TNI sempat membantu mengangkut karung pasir dari lokasi penurunan dari truk ke perahu di Tambaklorok. Namun lagi-lagi, terbatasnya anggota, membuat mereka juga kelelahan. Apalagi jarak dari tumpukan karung pasir ke perahu lumayan jauh.

Di tanggul jebol Lamicitra sepanjang 20 meter dengan kedalaman empat meter, kemarin sudah terpasang bambu penyangga atau trucuk bambu. Di balik trucuk bambu juga sudah ditimbun karung pasir atau sandbag. Namun jumlah karung pasir yang terpasang belum mampu menutup tanggul yang jebol. Apalagi begitu datang ombak besar, banyak karung pasir yang nyungsep ke laut. Praktis, penambalan tanggul jebol di titik ini juga masih belum signifikan.

Salah satu pekerja Suprapto menjelaskan, ia dan teman-temannya sesama nelayan dipekerjakan sejak Selasa (24/5) untuk memasang karung pasir. Namun hingga kini belum ada kejelasan apakah akan mendapatkan upah. “Awalnya ada delapan perahu yang mengangkut karung pasir.

Masing-masing perahu membawa 20 hingga 25 sandbag sekali angkut. Kini, tinggal tiga perahu. Yang lima pada mundur. Karena kami hanya dikasih solar, nasi dan air mineral saja,” keluhnya sambil memasang sandbag di tanggul Lamicitra.

Berbeda dengan fakta di lapangan, Kepala BBWS Pemali Juana M Adek Rizaldi menegaskan, kalau tiga titik tanggul yang jebol sudah ditangani dengan menggunakan alat berat dan sandbag sebanyak 1.000 karung. Dikatakan, tanggul di Lamicitra Tanjung Emas jebol sekitar 20 meter, dan di daerah Fujimatex sekitar 10 meter. “Dua lokasi itu sudah kita tangani,” katanya.

Diakui, untuk penanganan darurat tanggul jebol ini ada kendala akses menuju lokasi. Sebab, untuk mengangkut karung pasir harus menggunakan perahu nelayan. “Idealnya, kalau bisa masuk kawasan industri, pengakutan karung pasir bisa lebih cepat. Ternyata di kawasan itu kan tinggi air masih sedada orang dewasa. Ya, tidak bisa, sehingga kita menggunakan akses dari laut. Kita muter baru bisa ke lokasi itu,” jelasnya.

Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang Iswar Aminuddin dalam penangangan tanggul jebol di kawasan industri Pelabuhan Tanjung Emas perlu dilakukan koordinasi dan komunikasi lebih baik dengan kalangan pengusaha. Apalagi kawasan pabrik ini berada di wilayah yang riskan terhadap bencana, ditambah penurunan tanah di Ibu Kota Jateng terutama di kawasan pesisir cukup parah yakni 10 sentimeter per tahun. “Saya kira pengusaha perlu meningkatkan komunikasi dan koordinasi, apalagi letak mereka ada di wilayah rawan bencana. Jika ada komunikasi dengan pemerintah, tentu bisa saling mengisi,” tuturnya.

Dikatakan, saat ini pihaknya melakukan penanganan sementara dulu. Sebenarnya, lanjut dia, Kementerian PUPR telah menyiapkan anggaran membangun tanggul di Ujung Seng dan siap dikerjakan. “Tapi keduluan terjadi bencana ini,” katanya.

Mantan kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang ini menerangkan, dua titik tanggul yang jebol berada di Lamicitra yang merupakan kawasan industri. Pemerintah, kata dia, tidak bisa masuk ke wilayah privat seperti kawasan industri dan pabrik. “Tidak tidak bisa masuk ke wilayah privat, jika ada koordinasi atau komunikasi tentu kita bisa mengisi apa yang bisa dilakukan Pemerintah, atau langkah yang bisa dilakukan,” tegasnya.

Jika melihat kondisi tanggul saat ini, lanjut Iswar, memang membutuhkan renovasi sejak dulu. Ditambah parahnya penurunan muka tanah di pesisir Semarang. “Yang jebol ini tembok dari batu bata, tanggulnya sendiri pondasinya sudah tenggelam. Harus dilakukan renovasi sejak dulu, sayangnya kita tidak bisa masuk wilayah privat,”katanya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menerangkan, jika perbaikan tanggul saat ini terus dikebut dengan menggunakan sandbag atau karung pasir untuk meminimalkan air rob masuk ke daratan. “Tanggul jebol di Ujung Seng, Bandarharjo, sudah diperbaiki, dan Alhamdulillah air yang masuk permukiman mulai berkurang,” jelasnya.

Sementara, perbaikan dua titik tanggul yang jebol di Lamicitra, saat ini masih penuh air, sehingga perbaikan tanggul jebol masih terus diupayakan agar tertutup.
Laporan yang diterima Hendi, perbaikan tanggul di Lamicitra dikeroyok dari 2 sisi, di mana 3.600 sandbag dibawa lewat tongkang, lewat truk besar. “Saat ini terus berproses. Mudah-mudahan selesai hari ini (kemarin, Red) selesai atau besok (hari ini, Red),”katanya.

Hingga Rabu siang, lanjut dia, progres perbaikan tanggul jebol di Lamicitra baru 40 persen. Hendi menambahkan, kegiatan dapur umum untuk penanganan korban banjir rob masih terus berjalan yang dipusatkan di Kecamatan Semarang Utara. “Masih ada di Semarang Utara, saya berterima kasih seluruh pihak yang telah bergotong royong melakukan penanganan banjir rob di Kota Semarang, ada Brimob yang turun, Kemensos, CSR dan gotong royong,” ujarnya. (fgr/den/mha/aro)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya