RADARSEMARANG.COM, Semarang – Bencana rob di RW 16 Kelurahan Tanjung Emas semakin parah. Kini ketinggian rob mencapai 70 sentimeter kemarin.
Bahkan salah satu warga, Putri, yang baru saja pulang sekolah, terpaksa menerjang banjir selutut orang dewasa. Putri sambil membawa sepatu di tangannya dan tas yang digendong di punggungnya. “Saya pulang sekolah, hampir setiap hari kalau rob pulangnya kayak gini,” ujar gadis berhijab.

Bencana rob ini sejak sebelum Ramadan. Sudah setiap sore wilayah RW 16 selalu tergenang air rob terparah. Ketinggian air rob bervariasi, dari 60 sentimeter sampai tertinggi 75 sentimeter.
Kondisi ini cukup mengganggu aktivitas warga. Selain itu, menimbulkan kerugian material, yakni kendaraan seperti sepeda motor, mobil berkarat, dan sering mogok. “Warga kami duduk manis di rumah,” kata Ketua RW 16 Tanjung Emas, Slamet Riyadi, 52.

Menurutnya, rob yang terjadi di lima RW, yakni RW 12 hingga RW 16 ini, tidak lepas dari fenomena alam, yakni penurunan tanah. Selain itu, rob yang sering terjadi karena adanya dampak reklamasi pantai.
Slamet Linggis -sapaan akrabnya- mengungkapkan ketinggian rob hampir sama dibanding rob beberapa waktu yang lalu. “Hari ini (19/5) ketinggiannya sekitar 50 sampai 65 centimeter,” katanya.
Meskipun ada informasi prakiraan cuaca dari BMKG, menurutnya, tidak sama dengan kenyataannya. “Kadang-kadang prakiraannya kecil, tapi robnya besar,” ujarnya.
Bersama lima RW yang ada di wilayah Tambaklorok, Tanjung Emas, pihaknya berupaya memohon kepada pemerintah supaya ada peninggian jalan. Sehingga aktivitas warga bisa kembali normal, nyaman, dan tidak terganggu. “Yang kerja ataupun yang bersekolah menjadi tidak terganggu,” ujarnya.
Selain itu, melalui Kelurahan Siaga Bencana (KSB) sudah berupaya meminta bantuan ke BPBD Kota Semarang. “Kami meminjam pompa penyedot, Alhamdulillah sudah ada. Namun, belum sempurna karena pompa yang masuk dengan debit air tidak sama. Itupun sudah kami syukuri,” ujarnya.
Hari ini (kemarin, red), rob dimulai pada pukul 09.00. Hingga pukul 13.30 air rob masih menggenang, airnya belum tentu surutnya. “Maju mundur terus,” katanya.
Slamet Linggis khawatir banjir air rob berdampak pada penyakit, seperti diare karena air laut yang tercampur dengan sampah. “Penyakitnya belum ada, tetapi kalau rob begini terus, Posyandu juga terganggu karena tidak ada kegiatan. Saya sangat khawatir apabila ada penyakit,” jelasnya.

Setiap hari dan selama kami melihat rob cukup mengkhawatirkan. Warganya takut kalau masuk ke rumah. Karena dampaknya lebih meluas. Pihaknya sudah melapor ke pemerintah kelurahan.
Selain itu, sedikitnya 15 KK di RW 16 pindah ke daerah lebih tinggi karena menghindari bencana air rob. “Ada yang di Puncanggading, Bugangan, dan lainnya,” ujarnya.
Sedikitnya, 80 rumah dari enam RT di RW 16 tergenang rob. Padahal sebelumnya tidak pernah tergenang rob sama sekali.
Lurah Tanjung Emas Sony Yudha Putra Pradana membenarkan, Kamis (19/5) pukul 13.00 rob pas lagi tinggi-tingginya. Padahal pada pukul 09.30, ketinggian rob berkurang karena ada penyedotan.
Diakuinya, pihaknya sudah berkoodinasi dengan BPBD Kota Semarang dan Dinas Ketahanan Pangan. “Hari ini (kemarin, red) ada dropping beras untuk membantu meringankan kebutuhan masyarakat. Rencananya untuk semua RW,” katanya. (fgr/ida)