RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Sedikitnya 1.600 ekor sapi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Jatibarang akan dipindahkan. Pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang sudah mempersiapkan kandang sesuai arahan Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan). Hal ini dilakukan menyusul merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak, khususnya sapi. Selain itu, sapi-sapi yang dilepas bebas di TPA Jatibarang dinilai tidak sehat, karena mengonsumsi plastik dan sampah lainnya.
Kepala UPT TPA Jatibarang Wahyu Heri menjelaskan, para pemilik sekitar 1600 ekor sapi di TPA Jatibarangsudah dilakukan sosialisasi rencana mengandangkan sapi-sapi tersebut. Sosialisasi melibatkan petugas Dispertan, Bappeda, Distaru, Kecamatan Ngaliyan dan Kelurahan Bambankerep. “Sapi-sapi di TPA ini milik warga sekitar sini. Sapi-sapi ini terindikasi tidak sehat. Nah, dari Dispertan ada program sapi sehat,” ujarnya.
Kepala DLH Kota Semarang Bambang Suranggono menjelaskan, sapi di TPA Jatibarang menjadi bagian pekerjaan rumahnya. Pihaknya menginginkan sapi-sapi yang pemiliknya tergabung dalam Paguyuban Peternak Sapi itu dikelola lebih baik. Karena itu, pihaknya bersama Dispertan telah mempersiapkan kandang di Kalipancur untuk menampung sapi-sapi tersebut. “Kan sudah ada aturan. Sebaiknya TPA bebas dari kegiatan penggembalaan atau peternakan hewan,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM, Jumat (13/5).
Dikatakan, para pemilik sapi sudah sepakat dan kini menunggu kandang yang disediakan oleh Dispertan tersebut. “Kalau kandang sudah siap, sapi-sapi di TPA akan segera direlokasi,” ujarnya.
Kepala Dispertan Kota Semarang Hernowo Budi Luhur menjelaskan Paguyuban Peternak Sapi harus melakukan sanitasi yang baik. Menurut dia, sapi yang berada di TPA Jatibarang sejak dulu tidak layak konsumsi.
Terkait merebaknya PMK yang menyerang hewan ternak seperti sapi dan kerbau, lanjut dia, Dispertan Kota Semarang menggenjot sosialisasi kepada masyarakat dan peternak yang ada di Ibu Kota Jateng ini. Sosialisasi dimaksudkan agar masyarakat tidak panik, karena PMK tidak akan menular ke manusia jika daging dimasak dengan benar. Meski begitu, Hernowo meminta masyarakat untuk tetap waspada terkait penyakit ini.
“Waspada itu sangat perlu, tapi tidak boleh panik. Karena penyakit ini hanya dialami oleh hewan ternak. Tak akan menular ke manusia. Karena ketika daging hewan direbus, virus akan mati,” jelas Hernowo usai sosialisasi bioscurity di kantor Dispertan Kota Semarang, Jumat (13/5).
Hernowo menjelaskan, langkah pencegahan penularan PMK bisa dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya, melakukan penyemprotan desinfektan benda-benda yang bersentuhan dengan hewan ternak. Misalnya, dengan sterilisasi truk yang mengangkut hewan ternak agar penyakit ini tidak menular ke hewan lainnya. “Ada cairan desinfektan khusus untuk pencegahan PMK,” terang dia.
Sosialisasi kemarin diikuti puluhan peternak, penyuluh pertanian, pedagang, dan inseminator. Selain itu, sosialisasi juga diikuti petugas gabungan Dinas Perhubungan, Satpol PP, dan kepolisian. “Dengan adanya sosialisasi ini kita harap semua pelaku peternakan dan petugas lintas instansi tetap waspada PMK, serta mengerti cara pencegahannya,” harapnya.
Yitno, salah satu peternak sapi mengaku ketar-ketir dengan merebaknya penyakit mulut dan kuku. Apalagi dalam waktu dekat sudah Idul Qurban yang dikhawatirkan akan mempengaruhi penjualan hewan kurban. “Ya, ketar-ketir, sebentar lagi kan Idul Adha, takutnya bisa berpengaruh pada penjualan,” katanya.
Ia mengaku telah melakukan langkah antisipasi dengan membersihkan kandang setiap hari. Selain itu, dirinya juga menyiapkan tempat karantina jika ada sapinya yang sakit. “Saya rencana mau buat kandang untuk isolasi jika ada sapi yang sakit atau terindikasi PMK,” ujarnya. (fgr/den/aro)