RADARSEMARANG.COM, Semarang – Bulan Ramadan menjadi momen untuk berbagi. Namun yang dilakukan sanggar seni Taruno Wijoyo Bekso, Peterongan, Semarang Selatan warga ini unik. Para seniman sanggar ini berbagi takjil dihibur dengan pentas reog.
Pukul 15.30, Minggu (24/4), ratusan warga sudah berkumpul di depan ruko Jalan Sompok Baru, Peterongan. Lokasinya tak jauh dari warung bakso Doa Ibu. Di tempat itu, akan digelar pembagian takjil. Sebelum bagi-bagi buka puasa, dihibur pertunjukkan reog Ponorogo. Musik gamelan pun ditabuh. Sejumlah seniman mulai beraksi. Ada empat reog yang beraksi. Yakni, Singo Wijoyo Mudho, Singo Wahyu Wijoyo, Singo Pulung Putro, dan Singo Pangestu. Selain itu, ada penari jaranan, tari barong, dan beberapa atraksi dari sanggar seni Taruno Wijoyo Bekso.
Warga pun bertepuk tangan, saat empat reog melakukan atraksi menantang. Tak sedikit warga mengabadikan pertunjukan gratis itu menggunakan kamera handphone. Lurah Peterongan Maria Sri Hastuti yang hadir di kegiatan itu pun diminta naik ke atas kepala reog. Ia tampak panik. Wajahnya ketakutan. Dua tangannya berpegangan erat di kepala reog. Saat pemain reog menggoyang-goyangnya kepalanya, lurah yang akrab disapa Tuti itu berteriak-teriak. “Sampun pak, sampun pak, saya takut jatuh,” katanya.
Menjelang azan magrib, pentas reog berakhir. Para seniman pun membagi-bagikan paket takjil kepada para pengunjung. Alhasil, ngabuburit sore itu pun tampak meriah.
Lurah Peterongan Maria Sri Hastuti mengapresiasi kegiatan bagi takjil bareng reog tersebut. Selain untuk acara amal, juga sebagai bentuk nguri-nguri budaya tradisional. Karena ia menilai kecintaan pada budaya tradisional, khususnya generasi milenial sekarang sudah mulai pudar.
“Tujuan utamanya pasti untuk beramal ya, Mas. Tapi, dengan adanya pertunjukan seni reog ini juga untuk nguri-uri budaya tradisional,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Dikatakan, dipilihnya halaman pertokoan tersebut lantaran dinilai strategis dan luas. Sebab, dekat dengan jalan raya dan area perkampungan. Sehingga bisa menarik pengunjung untuk datang. Paling tidak, pertunjukan di bulan ramadan ini bisa menjadi hiburan masyarakat yang selama pandemi Covid-19 sangat minim digelar. “Pertunjukan reog ini Insya’Allah bisa memberikan sesuatu yang sangat unik, istimewa, dan positif bagi warga dan pengunjung yang menonton,” tuturnya
Menurut Tuti, di wilayahnya memiliki talenta muda yang kreatif. Hal ini diharapkan mampu membangkitkan semangat anak muda untuk mempertahankan seni budaya tradisional, khususnya reog.
Salah satu penonton, Yeni, warga Peterongan mengaku terhibur dengan adanya pergelaran seni reog tersebut. Ia datang menonton bersama anaknya setelah diberi tahu tetangganya. “Acaranya cukup menghibur. Selain itu, dapat takjil lagi. Alhamdulillah biasa buat buka puasa,” katanya. (cr6/aro)