RADARSEMARANG.COM, Semarang – Penjual ikan hias di Pasar Johar Kota Semarang mengeluhkan sepi pembeli. Bahkan omzet penjualan menurun 80 persen.
Memelihara ikan hias sempat menjadi favorit masyarakat untuk mengisi waktu selama pandemi. Saat ini peminatnya mulai berkurang. Hal ini menyebabkan penjual ikan hias di Pasar Johar kehilangan banyak pelanggan.
Pantauan RADARSEMARANG.COM kondisi pasar terlihat lengang. Bahkan Budi, salah satu pedagang ikan hias di Pasar Johar tertidur di kursi. Sembari menunggu pelanggan ia sesekali memberikan makan ikan koi di lapaknya.
“Penjualan akhir-akhir ini turun, yang lagi booming ikan chana sedangkan saya tidak menjualnya. Saat ini pun peminatnya juga sudah mulai turun,” jelasnya saat ditemui RADARSEMARANG.COM.
Ia menambahkan sejak akhir tahun 2021 peminat ikan hias mulai berkurang. Satu ikan chana kecil saat ini hanya laku Rp 35.000. Padahal dulu bisa sampai Rp 100 ribu. Pengunjung biasanya membeli karena sedang work from home (WFH) untuk mengisi waktu di rumah. Namun karena kasus covid-19 sudah melandai pelanggan yang biasanya datang sudah jarang membeli karena sudah diberlakukan work from office (WFO).
Selain penjualan berkurang. Budi tetap harus mengeluarkan biaya untuk perawatan ikan. Setiap hari harus memberi makan rutin dan menguras aquarium secara berkala. Belum lagi ada ikan yang mati. Pastinya akan mengurangi penghasilannya.
“Sehari ikan yang mati nggak cuma satu, kadang dua bahkan tiga juga saya sudah pernah,” katanya.
Untuk menambah penghasilan Budi juga membuka jasa servis mesin aquarium, makanan ikan, dan aksesoris aquarium lainnya.
Sementara itu Bu Lies pemilik toko sendang pancur juga mengalami hal yang sama. Awal pandemi usahanya bergeliat. Namun kini penjualannya menurun hingga 80 persen.
“Awal-awal pandemi bisa dapat Rp 4 juta. Sekarang dapat Rp 1 juta aja susah,” jelasnya.
Wanita yang sudah 25 tahun berjualan di Pasar Johar ini tetap bertahan. Selain itu ia juga menjual kura-kura untuk menambah penghasilannya.
“Saya juga jual kura-kura sebagai tambahan. Imlek kemarin banyak yang nyari, tapi sekarang laku satu saja sudah seneng,” katanya.
Ia mengaku awal Ramadan juga berpengaruh terhadap sepinya pembeli. Masyarakat lebih memfokuskan keuangan untuk kebutuhan menjelang lebaran. Seperti membeli makan ataupun sekadar membeli baju untuk lebaran. (cr4/bas)