RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pulau sampah di muara sungai Banjir Kanal Timur (BKT) mendapat perhatian dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang. Pihak dinas langsung menerjunkan tim untuk melihat kondisi pulau sampah di pesisir Tambakrejo, kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara tersebut. Nantinya tim akan melakukan pemetaan di lapangan yang hasilnya akan ditindaklanjuti dengan kegiatan pembersihan.
“Iya, hari ini saya perintah langsung tim UPT 1 terjun ke lokasi untuk meninjau tumpukan sampah di pesisir Tambakrejo,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang FX Bambang Suronggono kepada RADARSEMARANG.COM, Kamis (3/3/2022).
Bambang mengaku, sebelumnya belum mendapatkan laporan terkait tumpukan sampah di pesisir Tambakrejo tersebut. Meski demikian, pria yang baru sebulan menjabat Kepala DLH ini berjanji akan segera mengatasi persoalan itu.
“Pasti kami akan melakukan action berupa pembersihan sampah. Nanti kami koordinasi juga dengan camat, lurah, warga, dan kelompok peduli lingkungan,” tandasnya.
Pihaknya akan menunggu hasil pantauan di lapangan untuk menentukan langkah selanjutnya dalam mengatasi pulau sampah tersebut. Ia juga akan menyusuri lebih jauh asal muasal sampah yang menumpuk di pesisir itu. “Yang pasti kami tindaklanjuti. Nanti metode pembersihan seperti apa, tunggu hasil pantauan tim lapangan,” katanya.
Bambang mengakui, kondisi sampah di pesisir tentu mengganggu kebersihan lingkungan dan konservasi alam. Sehingga diperlukan kegiatan kebersihan dan konservasi. “Kami berusaha menjaga lingkungan pesisir tetap bersih dan tidak mencemari lingkungan dengan berbagai kegiatan,” ujarnya.
Menurut Bambang, pihaknya telah melakukan upaya tersebut dengan membentuk kelompok masyarakat Lembaga Pendampingan Usaha Buruh Tani dan Nelayan (LPUBTN) yang mengedukasi masyarakat pesisir terkait pengelolaan sampah. Mulai bank sampah, daur ulang sampah, dan cara-cara pengelolaan sampah lainnya.
Seperti telah diberitakan kemarin, muara sungai Banjir Kanal Timur (BKT) Semarang berubah menjadi pulau sampah. Gunungan sampah itu mengumpul hampir seluas lapangan sepak bola. Selain meresahkan warga sekitar, juga dikhawatirkan menjadi pencemaran dan merusak biota laut.
“Ada dua titik pulau sampah di wilayah pesisir Tambakrejo. Satunya berada di dekat permukiman warga. Paling luas yang di muara. Kita sebagai warga pesisir yang kena dampaknya, dapat kiriman sampah dari aliran sungai BKT,” keluh warga sekitar, Masrohan, kepada RADARSEMARANG.COM, Rabu (2/3).
Tumpukan sampah tersebut memenuhi sepanjang pesisir Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara. Warga setempat menyebutnya sebagai pulau sampah. Di dalamnya, ada sampah kemasan deterjen, bungkus shampo, popok bayi, minuman sachet, hingga kasur, termasuk ban bekas.
Menurut pria yang sehari-hari menjadi nelayan ini, sampah tersebut tak dapat dimanfaatkan. Justru keberadaannya sangat mengganggu aktivitas warga yang mengandalkan mencari ikan untuk menopang kebutuhan hidup. Bukannya mendapatkan ikan, pancing mereka malah menyangkut sampah.
“Iya, beberapa kali dapat popok bayi, paling sering plastik. Kalau dikumpulin ada satu tong sampah. Saya sebenarnya tidak hobi mancing. Tapi, karena tak melaut, maka pilih mancing buat lauk makan. Misalnya, dapat ikan banyak ya nanti dijual lagi,” bebernya.
Dikatakan, keberadaan pulau sampah itu muncul sejak 2020 atau selepas normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur (BKT). Namun paling parah tahun ini.
Pantauan RADARSEMARANG.COM, Kamis (3/3) kemarin, ceceran sampah juga berserakan di sepanjang jalan tak jauh dari muara sungai.
Menurut Arifin, warga Tambakrejo, sampah-sampah itu berasal dari aliran sungai Banjir Kanal Timur. Selain itu, sampah juga terbawa air laut pasang.
“Pulau sampah itu sebenarnya sudah lama. Tadinya sedikit. Mungkin karena sering banjir dari wilayah atas, akhirnya menumpuk di sini. Menumpuknya ya mungkin arus dari sungai bertabrakan dengan gelombang laut, lalu sampah menumpuk di situ,” jelasnya.
Dikatakan, pulau sampah tersebutberada persis di tengah-tengah muara. Tumpukan sampah juga cukup luas, dengan ketinggian sekitar 25 cm sampai 30 cm. Didominasi tumpukan sampah plastik.
“Harusnya pemerintah mengupayakan untuk pembersihan masal. Ini pencemaran lingkungan. Air sungai juga tidak bisa langsung ke laut,” ujarnya.
Arifin menambahkan, muara sungai juga terlihat sangat dangkal. Kedalaman sungai berkurang akibat sedimentasi, ditambah adanya tumpukan sampah. Sebelumnya kedalaman air mencapai tiga sampai empat meter.
“Sekarang dangkal. Hanya 1,5 sampai 2 meter. Kalau gelombang pasang ya masih kelihatan sedikit. Air sampai naik ke daratan,” katanya.
Kawasan yang terletak kurang lebih satu kilometer dari jalan besar ini dimanfaatkan warga untuk lokasi memancing ikan dan menangkap kerang. Untuk menuju ke lokasi, warga harus melewati jalan setapak yang nyaris putus akibat abrasi. “Akses jalan ini terkena ombak besar, lama-lama terkikis dan nyaris putus. Ini jalur menuju muara sungai,” ungkap Rudi.
Rudi bersama sejumlah rekannya kemarin tampak memperbaiki akses jalan yang terkikis air laut tersebut. Sejumlah batu besar ditata di bagian tepi oleh warga Barito, Semarang Timur itu.
Hal ini dilakukan atas inisiatifnya sendiri dan rekannya supaya jalan setapak tersebut tidak semakin rusak parah. “Ya, supaya bisa dilewati. Kalau sampah-sampah yang berserakan ini kan terbawa air. Kalau airnya tinggi ya naik lagi ke jalan,” katanya.
Arifin menambahkan, jalan setapak tersebut kurang lebih sejauh 1 km. Setiap hari jalan dilewati warga untuk beraktivitas. “Kalau pagi ramai, banyak warga yang ke sini, cari kerang dan mancing,” ujarnya.
Dikatakan, jalan tersebut akses menuju kongsi atau TPI lama. Saat ini, bangunan TPI lama itu habis terkena gelombang laut. “Itu tinggal cagak-cagak-nya (tiang),” katanya.
Diakui Arifin, petugas dari Dinas Pekerjaan Umum DPU) Kota Semarang sudah mengecek jalan setapak tersebut. “Saya menyampaikan, kalau jalan setapak tidak dibenahi, aksesnya putus. Kasihan warga,” ujarnya. (mha/mg3/aro)